Kamis, 24 November 2011

Mimpiku "Bagian keempat"

Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. (Lao Tse)


Menjadi sesuatu itu memang tidak mudah. apalagi mengalami proses "ditempa" sebelum "menjadi". ada kalanya begitu sulitnya mengubah diri untuk menjadi "sesuatu" atau mungkin "seseorang" yang keberadaannya diakui. katakanlah kita sebagai manusia, tak bisa dipungkiri bahwa semua manusia membutuhkan penghargaan. ya, penghargaan atas semua yang telah dilakukan. itulah sebabnya mengapa dari proses "ditempa" itu kita akan menemukan berbagai macam "warna" sebagai bonus kita karena telah ikhlas menjalani berbagai macam ritual untuk "menjadi".


Mimpi-pun seperti itu. kita harus menjalani berbagai macam usaha untuk meraihnya. ngomong-ngomong tentang mimpi, sampai sekarang saya masih saja menabung mimpi. sepertinya memang benar ya, lebih mengasyikkan dan mudah sekali untuk menabung mimpi daripada menabung uang (betul banget ya?). menabung mimpi tak perlu banyak pengorbanan. cukup pejamkan mata dan membayangkan kelak kita akan dapat meraihnya. mudah bukan?


mimpi untuk menjadi seseorang yang keberadaannya diakui. cukuplah itu menjadi sebuah mimpi yang bagi saya cukup berarti. keberadaan diakui_dapat dirasakan ketika tiga komponen dalam hidup terpenuhi. tiga komponen yang merupakan perhiasan berharga dalam hidup. sebagai mahkota mungkin, tapi tidak lantas menjadikan mereka sebagai ambisi sehingga dapat membutakan mata. mereka adalah harta, tahta, dan lawan jenis (mengapa saya bilang lawan jenis, karena bagi anda yang laki-laki, tentulah perempuan sebagai perhiasan anda. begitu juga sebaliknya.)


mimpiku yang lain masih berada di ujung hari. kelak saya akan membaginya dengan seseorang yang pantas mendengarnya. termasuk mimpi-mimpi aneh saya. mau tau mimpi aneh saya? saya termasuk orang yang paling anti bergaul dengan yang namanya asap. dalam pikiran saya selalu terbayang, mengapa rokok itu diciptakan untuk dibuang asapnya? mengapa tidak dihisap saja oleh perokoknya? sehingga tidak akan lagi ada yang namanya perokok pasif. terkesan jahat memang, tapi itulah..saya paling tidak suka dengan rokok. seseorang yang merokok bagi saya termasuk orang-orang yang tidak bisa mencintai dirinya sendiri. bagaimana ia bisa mencintai diri sendiri, jika yang dilakukan adalah membunuh diri secara perlahan. lantas bagaimana juga ia dapat mencintai orang lain, jika yang dilakukannya hanya membagi derita dengan yang dicinta. karena itulah saya paling tidak dengan rokok. 


jika saya punya uang yang banyak, ingin rasanya saya mengendalikan perekonomian. menghapus korupsi di negeri ini. menjadikan ekonomi syariah sebagai landasan dalam berekonomi. dan yang paling penting mengubah rokok dari racun yang mematikan menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk ummat. mengapa juga sih, mau-maunya kita menghisap racun? (kalau kayak gini, pengen banget nutup perusahaan rokok)


mimpi selalu terkait dengan kata "jika", "seandainya", dan "tentang waktu". semuanya memang berkaitan. entah kapan mimpi kan menggenggam sang waktu. memberikan makna yang begitu banyak pada perjalanan hidup seseorang. menjadi manusia yang baru tentu saja. 

dan sekarang yang harus saya lakukan adalah menyusun keping demi keping mimpi yang terserak. karena sudah lama sekali saya tidak menghimpunnya menjadi bagian yang utuh. entah saya masih bisa menemukan kepingannya atau tidak. yang penting saya sudah berusaha untuk mencoba bisa. yah, masih dengan mimpi. masih bicara tentang mimpi. karena hidup tanpa mimpi bagaikan berjalan tanpa jejak. 


Rabu, 16 November 2011

Mimpiku "Bagian ketiga"

di depan laptop dengan kaki satu tertekuk ke atas. jemari yang tak berhenti memencet tuts keyboard. ditemani suara hujan di luar, ditambah petir yang menggelegar. tak mau kalah dengan suara yang bergemuruh, HPku pun ikut berbunyi. bersenandung almatsurat, lalu berganti lagu mellow yang menambah gemilaunya malam ini, atau lebih tepatnya menambah sepi di tengah kegaduhan yang ada.

kalau boleh bercerita tentang mimpi. entahlah, kadang hujan punya caranya sendiri, bagaimana membuatku menulis, memasangkan abjad menjadi kata, lalu bersanding menjadi kalimat.

hujan masih tetap sama, tetap akan jatuh ke bawah, menjadi genangan. masa lalu pun begitu. akan tetap sama. jauh tertinggal, mengendap lalu mendekapmu dalam kenangan. aku mau tanya sesuatu, apakah ada hubungannya antara masa lalu, mimpi, dan masa depan? masa lalu adalah segenggam memori yang kadang tak bisa kita lupakan. mungkin ada kalanya ia menorehkan mimpi untuk masa depan. mungkin sekedar mencoba menjadi sebongkah asa, lalu mengeras, menjadi mimpi yang tak pernah tau batas.

di luar, hujan masih ada. sama seperti kenangan di sepanjang usia. aku kadang tak tau, harus bagaimana mengatakan bahwa mimpi kadang tak punya muara. bukan seperti air, bukan seperti genangan. bagiku mimpi tak ubahnya seperti angin. tak tau siapa yang berhak untuk disentuh, tak tau kapan harus terengkuh. tapi tetap saja kita harus yakin, mimpi itu akan membawa kita pada kesungguhan. pada tanggung jawab, sebagaimana angin mengajarkan kita bagaimana harus hati-hati pada kelembutan. ada kalanya kelembutan itu berbahaya, karena ketika kita tidak waspada, itulah yang akan menjatuhkan kita. berdamailah dengan mimpimu sendiri. bercerminlah, atau bisa juga bicaralah pada mimpimu. pantaskah dirimu mendapatkan mimpi itu.

di tengah hujan seperti ini, alangkah enaknya jika ditemani oleh secangkir susu hangat, dan sebatang coklat untuk penyemangat. belum lagi sebenarnya deadine tugas sudah menunggu untuk dijilat. tidak perlu heran, kadang mimpi juga membutuhkan pengorbanan lebih, bagaimana bisa mimpi yang biasa-biasa dijangkau oleh usaha yang hanya standar biasa saja? memang kita harus berlari lebih cepat, lebih lama sakit, dan lebih lama merasa bingung untuk memutuskan antara 'ya' dan 'tidak'

kadang aku merasa ingin sekali mimpiku diketahui oleh banyak orang. hei, lihat dan dengarlah..ini mimpiku. aku ingin meraih mimpi ini. tapi aku sadar mimpi tidak perlu beribu pernyataan, ia hanya perlu pembuktian. sebesar apa perjuangan kita mendapatkannya. sebagaimana sekarangpun aku sadari, menjangkau mimpi, kadang perlu juga mengevaluasi bagaimana langkah kaki melangkah, sejauh apa peluh menjadi tiket atas beribu lelah sehingga istirah bisa menjadi salah satu jeda yang harus kita bayar dengan sebuah kekosongan.

sekali lagi, mimpi tak perlu pernyataan yang terlalu banyak, apalagi harus membicarakan bagaimana ia kan dapat mendekatimu, meraih hatimu. cukup yakinkan saja, bahwasanya ketika azzam sudah di tangan, ketika mimpi sudah menjadi prasasti, dan ketika beribu asa sudah tersketsa rapi... cukup isi ia dengan segala keyakinan. yakinlah bahwa kau bisa meraihnya, tak peduli ribuan mata memandangmu begitu remeh, menghakimi sebelum mereka tau bahwa kau mampu.

mimpiku saat ini hanya satu, aku ingin sekali menjadi bagian ahli dzikir. ahli iqra'. dan seseorang yang selalu mengingat ayat cintaNya. ingin sekali kulantunkan Ar-rahman...

Duhai Dzat yang mendamaikan hati, kau ajari kami bagaimana memaknai hari...
Bimbing kami di jalanMu, ijinkan kami berpadu dalam bingkai rahmatMu. dalam kesucian, dalam kebeningan

Fa Bi ayyi aaaalaaaairabbikuma tukadzdzibaan

Selasa, 15 November 2011

Mimpiku "Bagian kedua"

mimpiku memang denganmu. kuyakin mimpi itu harus kuraih bersamamu. tapi untuk saat ini, aku hanya ingin sendiri. aku tidak ingin menjadi seorang penghamba cinta yang mengais sapa. aku ingin sendiri, bukan tidak peduli. sendiriku hanya ingin mencari sebanyak mungkin arti hadirku bersamamu.

mimpiku memang denganmu, tapi ku letih dengan kehampaan yang ada dalam asa kosong yang belum jua menyiratkan cahayanya. biar aku sendiri dulu, meneguhkan langkahku. agar kelak aku tak terseok jika sudah melangkah bersamamu.

mimpiku memang menjangkau langit bersamamu. menjadikan matahari sebagai cahaya kita, dan bulan sebagai pelengkapnya. tapi biar saja kini aku sendiri. menjadi bintang, bersama ribuan bintang lainnya. sebelum aku bersanding denganmu.

mimpiku memang bersamamu, tapi yang terjadi sekarang, rindu ini begitu menyiksaku. biarkan aku enyahkan saja sepi, ku hanya ingin sendiri. melewati semua langkah kakiku yang berjejak, semoga kelak tak ada lagi jarak yang menjadi jeda antara kau dan aku...

mimpiku....

adalah denganmu

Senin, 14 November 2011

Mimpiku "Bagian pertama"

baru mulai menulis, setelah sekian lama hibernasi. mungkin kata orang itu benar ya? talenta jika tak pernah diasah itu akan berkarat, lalu terlupa, hingga akhirnya tiada. tapi itulah realita. kesibukan seringkali membawa kita pada suatu lingkaran yang tak pernah berhenti berputar. tak ada yang tau dimana awal dan akan berujung dimana sebagai akhirnya. pun begitulah kesibukan.

Fa idzaa faroghta fanshob...

setelah melakukan satu kegiatan beralihlah ke kegiatan yang selanjutnya. mungkin kiasan itu juga dimaksudkan juga untuk mimpi. bermimpilah, setinggi apapun yang masih bisa engkau bayangkan.

bermimpilah, jangan takut bermimpi...

mimpiku sendiri?

ada yang pernah berkata padaku, "genggam dan ikatlah mimpimu. tuliskan ia pada lembaran kertas di otakmu. jangan pernah kaulupa ia. karena ia adalah cetak biru dirimu menentukan masa depanmu"

sekarang...?

apa yang kau bayangkan? ehm...lebih tepatnya apa yang aku rasakan?

tak ada. tak ada yang aku pikirkan selain..............................

mari kita beraktivitas pagi ini...

Rabu, 02 November 2011

Kepada yang menamai rasa

Cintakah   namanya, bila jarak selalu saja merampas tubuhmu dari dekapanku? bisakah kau kusebut kekasih, saat sekat ruang di antara kita begitu tebalnya, sehingga jiwamu hanya bisa kusentuh dengan email, SMS, dan telepon?

Rindukah namanya, bila wajah yang kusimpan rapi di rung hati hanya rekaman ingatanku pada hasil tangkapan web cam, camdig, atau scanning, sentuhan sentuhan dingin teknologi?

Kita bahkan tak pernah sempat beradu pandang, apalagi berjabat tangan. tempat kita berdiri selalu saja berjauhan

Atau ketika kini, setelah waktu berlalu, dan akupun tak tahu di belahan bumi yang mana kau persisnya berada, sudahkah kita disebut pengkhianat janji?

Tapi sudahlah, seperti dulu kau kusayangi dengan cara yang berada di luar logika, hingga malam ini pun kau selalu kukenang dengan rasa yang tak bisa kuberi nama

izinkan ingatan tentangmu kubawa kemanapun aku pergi
Biarkan aku mengenangmu dengan sekulum senyum, walau kini aku berbagi tangis dan tawa dengan orang yang berbeda

kau akan tetap menjadi bagian  indah dalam hidupku
menjadi cerita tersendiri yang hanya aku dan DIA saja yang mengetahui


Rindu
Segenggam kenangan atasmu
Menari-nari di sepanjang kalbu
Merangkai sekian puisi
Menjadi abjad 
Menuliskan ribuan riwayat
Antara aku, engkau, kita
Cerita yang sampai saat ini belum tamat


Cinta
Kadang harus kuselami maknamu dalam sunyi
Dalam setiap ziarah detak detik nadi
Bukankah sama, ketika sunyi itu ada, maka denyut kita tiada
Ketika suara itu ada, maka denyut kita seirama
Itulah cinta
Saat dimana aku dan engkau menjadi kita







Benci
Ia adalah sepi
Sunyi
Sendiri
Aku benci




Takut
Adalah saat malam membungkam seluruh pernyataan
Kalut
Menyisakan sebongkah pertanyaan
Hanyut
Meredakan setiap takut dan kalut
Menjadi tiada


Getir 
Menanti sapa mengalir
Kadang dalam dzikir semuanya hadir
Dzikir cinta dan rindu
Pada sebuah nama yang menamai rasa di kalbu



_Khalifa Rafa Azzahra_
Ruang Rindu, SKA, 0630, 02112011

Tentang Seseorang (Bagian ketiga)

Tentang dia lagi. aku teruskan ceritaku tentang dia ya.

Jika orang lain bercerita tentang dia, takkan bisa sepertiku bercerita tentang dirinya. Dia seorang yang menjaga agamanya, menjaga pandangannya, menjaga auratnya...

Sehari-hari dia lakukan dengan penuh perjuangan (ehm, sedikit berlebihan ya?) tapi takkan berlebihan jika ku beritahu hal yang sebenarnya. Hari demi hari dia lakukan di jalan, ya, hampir setiap hari dia tak lepas dari motor kesayangannya. Menyisir jalan. menuju satu tempat ke tempat yang lainnya. Menebar satu manfaat.

Dia berusaha untuk tidak mengeluh. Jikapun dia lelah, dia akan memilih untuk diam. diam sejenak. menarik nafas panjang, beristirahat. Banyak sekali teman-temannya yang bilang, "memangnya kamu tidak capek?". hhmm...itulah konsekuensi dari sebuah perjalanan panjang. lelah itu biasa, tapi ketika kelelahan menjadikan kita menyerah itu sia-sia. Memang perjuangan itu diliputi kelelahan.

Ada orang yang bilang dia memiliki sisi tangguh dalam dirinya. ya, dia termasuk orang yang tangguh. orang yang cekatan. ulet. tangkas. dan, jagoan. tapi setiap orang memang memiliki sisi kelemahan, kelemahannya adalah perasaan. kelemahannya adalah ketakutan dan kekhawatiran. bahkan sampai saat ini, dia ingin sekali menetralisir semua itu. dengan mencoba untuk menguatkan diri. sendiri.

Dia pernah bilang sesuatu kepadaku, katanya..."jangan pernah mengandalkan orang lain untuk kesuksesan kita. karena kita sendiri-lah yang punya generator itu. orang lain hanya faktor ekstern yang 'mendorong' kita supaya tidak jalan di tempat. "

itu obrolannya denganku terkait tentang hidup. kalau tentang cinta...dia pernah bilang,"ketika seseorang mencintai kita, jangan menjadikannya sebagai orang yang selalu 'bertanggungjawab' atas diri kita. kadang ketika kita 'tidak sadar' sudah memiliki seseorang yang 'peduli' dengan kita. di saat itulah kekuatan kita berkurang. kita 'lebih sadar' untuk senantiasa bersandar padanya. Tetaplah berdiri di atas kaki sendiri.Sampai waktu membuat kaki kita dengannya sejalan, lalu kita bisa melangkah bersama-sama menuju mimpi yang sama."


Dia memang menarik. setidaknya itulah yang bisa kukatakan sampai detik ini. dia bisa membuat teman-temannya tertawa ketika berada di sampingnya. dia berusaha untuk tetap tersenyum dan tegar, ketika ribuan masalah mendatanginya. setidaknya itulah yang bisa kuceritakan...


_Khalifa Rafa Azzahra_