Jumat, 30 Desember 2011

Renungan di Penghujung Tahun 2011

Di antara kesunyian malam. Di antara gelap dan kelam. Aku tenggelam dalam petikan keyboard dan suara malam. mencoba untuk tetap tenang, menggali setiap kenangan dan memori untuk bisa kutuliskan. Tak semuanya memang yang bisa kutulis, tapi satu memori saja sudah cukup untuk mengambil sebuah pelajaran. 

Aku ingin bicara tentang 'rencana'. rencana yang biasanya kita lakukan sebelum kita melakukan sesuatu. ya, rencana-lah yang membuat kita berani untuk mencoba lalu menerka, apakah rencana tersebut berhasil terlaksana atau belum. Di antara sekian rencana di tahun 2011, tak bisa kupungkiri masih banyak rencana yang terlewatkan. bukan karena aku tak berusaha untuk meraihnya, menurutku, aku sudah cukup berusaha untukmeraihnya. Tapi, Allah memiliki waktu yang tepat untuk mewujudkannya. 

Di antara lelapnya mata yang terpejam, masih ada sepasang mata yang sudi untuk menuliskan abjad demi abjad kata. sekedar membuat kalimat. kadang kalimat itu merupakan kalimat yang kita usahakan 'cukup baik' untuk dilakukan. tapi, terkadang kita berada di luar kendali..kalimat yang muncul dari lisan kita ternyata bukan kalimat yang 'tepat' untuk diucapkan. bukankah hidup memang seperti itu? selalu berada di antara dua sisi yang berlawanan. apakah hal ini sama dengan jodoh ya? jodoh itu melengkapi. berlawanan, tapi saling ada ketertarikan. saling mengisi. seperti dua buah kutub magnet. selatan dan utara. serasi bukan? 

Di antara segala hal yang berwarna putih. di antara tangis dan harap saudara, kerabat, teman dekat. Di antara ribuan doa yang berloncatan. masih ada sepuluh jari yang begitu cepatnya mengingat satu saja memori di tahun ini. 

Tentang nikmat sehat. ya, Ada dua nikmat yang banyak dilupakan manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan (HR Al Bukhari). kedua nikmat itu adalah pasangan kenikmatan di dunia yang sangatlah berharga. bayangkan saja, jika kita sakit, berjalan dan melangkahpun kita tidak bisa. "Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu peroleh pada hari itu"(QS.At-takatsur:8). Itulah sifat manusia, yang kadang terlupa, tentang hari-hari yang dilewatinya. tentang segala yang didapatkannya. tentang segala yang dititipkan. 

Kita sering menginginkan kesenangan dan jauh dari kesusahan. Tetapi, Allah lebih mengetahui, kesusahan itu ternyata mengajarkan kita arti kehidupan. sama saja halnya, ketika kita sakit. kita tidak akan dapat sepenuhnya menyadari nikmat sehat, jika kita belum merasakan bagaimana rasanya sakit. 

Saat ini, detik ini, menit ini, jam ini, di antara suara kipas angin di atasku. Di antara ada dan tiada. Di antara kegerahan dan kedinginan, Pikiranku benar-benar terbang. Menemani seorang sahabat yang sedang terbaring di rumah sakit. Merasakan kesedihan bersama teman-temanku. sungguh inilah ukhuwah yang sebenarnya. dimana kita bisa merasakan dan peduli akan apa yang dialami oleh seseorang. Bukankah teman sejawat itu adalah keluarga
terdekat kita di perantauan?

Abiku pernah mengatakan bahwa "kebaikan dapat mencegah datangnya keburukan, kerusakan, dan kehancuran. pelaku kebaikan di dunia, mereka itu para penyandang kebaikan di akhirat" (al-hakim). sungguh itulah nikmat selanjutnya jika kita berada dalam kondisi sehat. kita dapat dengan mudahnya melakukan segala hal yang baik. 

kembali ke topik kita tentang nikmat sehat. berbicara tentang hal tersebut ada seseorang juga yang pernah mengatakan padaku bahwa ujian itu adalah sebuah jawaban atas rentetan pertanyaan kita dan akibat dari ribuan sebab yang kita lakukan. bukankah hidup memang seperti itu. ada sebab dan ada akibat?

Itulah perlunya mengevaluasi diri, atas segala tindakan yang telah kita lakukan. ada kalanya kita secara tidak sengaja mendzolimi diri, berbuat sesuka hati, memaksakan kehendak, memforsir pekerjaan, tidak mencukupi hak-hak tubuh kita. sungguh, malam ini aku benar-benar diingatkan olehNya. pentingnya kita menjaga kesehatan. 

"Kenyamanan jasad adalah dengan sedikit makan. Kenyamanan jiwa adalah dengan sedikit dosa, kenyamanan hati adalah dengan sedikit keinginan, dan kenyamanan lisan adalah dengan sedikit berbicara." kenyamanan. satu kata yang sangat berarti dalam setiap ruas kehidupan kita. akan sangat sulit jika kita menjalani sesuatu dalam kondisi yang tidak nyaman bukan? itulah mengapa dalam islam rasulullah sering sekali mengajarkan kita tentang "tidak berlebih-lebihan", ya, tidak berlebih-lebihan dalam menjalani sesuatu." qanaah. Rasulullah memang merupakan uswatun hasanah, suri tauladan yang baik yang mengajarkan kita begitu banyak poin-poin penting dalam kehidupan. 

tidak berlebih-lebihan dalam makan, dalam berbuat, dalam berharap, dalam berbicara. innal mubaddziriina kaanuu ikhwanaas syayaathiin "sesungguhnya mubadzir itu adalah teman syaithan". manusia yang berlebihan dalam berbicara, biasanya tidak dapat menggunakan lisannya. dan sesuai dengan fitrah manusia, ia pasti akan sering mengeluh. yakin saja, karena innal insana khuliqa haluu'aa, manusia itu memang sangat dekat pada keluhan. tapi manusia yang bijaksana adalah manusia yang dapat mengendalikan dirinya. 

Di antara rintihan kesakitan, ternyata ada satu pelajaran yang bisa kita petik disini. toh, seseorang sakit pasti juga ada penyebab yang mengikutinya. dan kata "mungkin" sepertinya cukup layak untuk mengikuti suatu hipotesis dalam tulisan ini. 

seseorang sakit..
mungkin saja, karena ia tidak menjaga pola makan
mungkin saja, ia sering mendzolimi tubuh
mungkin saja, ia tidak memenuhi hak tubuh untuk beristirahat
mungkin saja, ia terlampau tidak peduli akan kesehatan diri

ya, selalu ada jawaban bukan atas sejuta pertanyaan. dan inilah saatnya kita untuk mengevaluasi diri. sejenak mari kita sama-sama mengevaluasi hari-hari kita di masa lalu. tepatnya tanggaltanggal yang memang tinggal dan kini kerapkali menjadi memori tersendiri bagi kita. 

"Duhai Rabbku, Tuhan semesta alam, yang menggenggam setiap takdir, izinkan kami untuk berhenti sejenak. mencoba menata langkah kami yang terserak. sungguh, telah jauh kami tersingkir dari arah jalanMu yang penuh dzikir. sungguh, begitu lama kami tidak menyadari bahwa keimanan kami telah terkikis oleh begitu banyak kemaksiatan yang kami lakukan setiap hari

Ya Rabbku, rabbul izzati, janganlah engkau jadikan hati kam menyeleweng dari kebenaran setelah engkau tunjuki kami. Berikanlah kami rahmat dari sisiMu,berupa kesesuaian dan kemantapan hati.Sesungguhnya hanya Engkaulah pemberi dan penolak

Ya Rabbku, berikanlah nikmat sehat dan kesempatan itu, agar kami dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi hambaMu yang lain. lindungilah kami dari segala hal yang mudharat dan merugikan orang lain, serta jauhkanlah kami dari segala godaan syaithan yang terkutuk. 

Ya Allah, Ya Illahi, untuk orang-orang yang kami kasihi, berikanlah kesehatan dan keselamatan dunia akhirat, jagalah mereka dengan sebaik-baik penjagaan dariMu, mudahkanlah segala urusan mereka di dunia, dan lancarkanlah rizikiNya. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha pemberi Riziki. Hindarkan kami dari segala sifat putus asa, dan teguhkanlah hati kami, seperti teguhnya jiwa orang-orang yang beriman kepadaMu. Izinkan kami untuk terus belajar, untuk menjadi yang lebih baik dari hari kemarin. Dan di penghujung tahun ini, kami mohon, berkahilah kami ya Allah, kuatkanlah langkah kami, dan tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan yang Engkau Ridhai.

Rabbanaa Aatinaa Fiddunyaa Hasanah Wafil Aakhirati hasanah Waqinaa 'Adzaabannaaar"



Di antara sepasang mata yang berkaca-kaca, di antara ribuan jemari yang terangkat, mengantarkan segala doa untuk orang-orang terkasih, memperhatikan dalam lirih, dalam sujud panjang, dalam cinta suci yang terbingkai diam, bingkai keimanan. 

kabulkanlah ya Rabb, berkahilah kami..


_Khalifa Rafa Azzahra_

"Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Dia kan mengenalmu di waktu sempit. Ketahuilah apa yang luput darimu tidak akan mengenaimu dan apa yang mengenaimu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan ada bersama kesabaran, bersama kesusahan ada jalan keluar, dan bersama kesulitan ada kemudahan" (Hadits Arba'in Nawawiyah No.19)
*22.32, 29122011
RS Dr Oen Ruang Cempaka L-3
ketika hujan tidak hanya membasahi tanah, tapi juga hati. ketika genangan air mata membuat tulisan berbicara

"Doa adalah jarak terdekat di antara dua manusia."

Selasa, 27 Desember 2011

Catatan Tinta Sahabat "Ketika Debar menjadi Getar"

Bismillah... 

semoga Allah memberikan kekuatan kepadaku, kepadamu, kepadanya, dan kepada kita semua

Teruntuk Kekasih, (yang masih menyempatkan sepasang matanya, sekedar membaca sebuah coretan di dunia maya)

entah, sudah keberapa kalinya mataku beradu pandang denganmu. sekalipun hati menghindari, entah kenapa langkah ini selalu menuju padamu. masih kuingat, sampai pada detik ketiga kita terdiam. sama-sama tak bisa berpikir, bagaimana bisa Allah menjadikan setiap langkahku bermuara padamu. 

Untukmu, jiwa yang indah ada di hatiku
entah pada halaman keberapa aku menuliskan namamu. halaman yang selalu kubaca setiap hari beserta ayat-ayat cinta dariNya. ya, aku selalu membacamu setiap kali aku berbincang denganNya. apakah karena namamu begitu indah,sehingga dalam surahNya aku selalu menyebutkan namamu? ataukah karena Dia menunjukkan engkaulah jiwa yang terindah yang dipilihNya untukku?

entah, pada hitungan keberapa aku menengadahkan tangan, berusaha untuk menjagamu melalui doa-doa yang kusampaikan padaNya. karena aku tau, kau begitu indah untuk aku sentuh. kau menyatu dalam alamku, tapi aku sama sekali tak berani untuk menyapamu. begitu indahnya Dia mempertemukan kau dan aku, masih tak bisa kupikirkan bagaimana Dia mempertemukanku denganMu disaat aku sama sekali tidak ingin bertemu denganmu.

pertemuan pada selintas jejak, hanya sekejap mungkin. tapi entahlah, kenapa begitu lekatnya engkau di hatiku. aku tak bisa mengingkari, sulit sekali hati ini mencoba untuk terlupa. apakah salah jika aku mencoba untuk melupakan, aku tak ingin bermain dengan hati dan perasaan, karena aku lelaki. dan lelaki sejati tak akan pernah membohongi diri sendiri.

aku tak ingin sekalipun menyakiti, yang ada dalam pikirku adalah aku ingin tetap berada pada lembar dan halaman yang sama denganmu. meskipun kau dan aku, memang sangat berbeda. bukankah kita memang diciptakan dengan perbedaan-perbedaan? bagaimana jadinya jika kita bersama?

untukmu kekasih,
entah pada bait keberapa kunamai rasa yang hadir darimu, melalui sebuah puisi maupun sajak. kutulis semua yang kurasakan pada tulisan-tulisan. sungguh, aku tersiksa, dan aku ingin mengurangi semua ini dengan meluapkannya pada sebuah sketsa. ada yang bilang, kadang sahabat sejati itu adalah tulisan kita sendiri. sahabat sejati adalah semangat yanga da pada diri kita sendiri. karena ia adalah sisi positif kita. 

jujur, aku ingin hilang saat itu juga. berpikir tentangmu adalah sesuatu yang tak ingin aku lakukan tapi entah kenapa dirimu selalu saja terngiang?

diam kadang kala menjadi langkah yang tepat ketika segala katakata tak berdaya kuucapkan untukmu. entah kenapa kau berikan begitu banyak debar yang kini berubah menjadi getar rindu. ada yang perlahan mulai mekar di hatiku, dan sungguh,,Allah...berikan aku kekuatan untuk memahami makna dari semua ini

aku merasa detik berubah menjadi sangat panjang dan lama. serupa lorong kosong tanpa cahaya. kulalui semua tanpamu, dengan begitu banyak kegiatan. pikirku, mungkin dengan banyaknya kegiatan, aku dapat mengurangi perhatianku untukmu. tapi, sungguh, di sela-sela aku berjalan, ketika berhentipun Dia mempertemukanku denganmu. 

Duhai Rabbku, penggenggam setiap jiwa. sebenarnya apa maksud dari semua ini?

teruntuk kekasih, 
entah harus bagaimana aku mengungkapkan semua, sedang lisanku sungguh tak berdaya. ada kata yang tertahan, tak sempat aku mengucapkan. 

inginku memahami semua ini, mulai menjaga hati. dan kini Dia mulai menumbuhkan rasa untuk mendamba. ya, aku mendamba dirimu. menjadi bagian dari hidupku, selamanya. 

aku tergugu dalam sujud panjangku di sepertiga malamku. berharap, suatu saat nanti Dia kan berikan jalan untuk sedikitnya bertemu denganmu, mengucapkan kata barang sejenak, lalu mulai menyampaikan niatku untuk menjadikannya halal bagiku.

dan kini, di saat Dia mempertemukanku denganmu dalam mimpi. inginku menjadikanmu sebagai anganku. harapku menjadikanmu sebagai tulang rusukku. 

sungguh, kekasih, ingin kujadikan dirimu halal untukku, melalui sebuah coretan ini, kusampaikan debar-debar hati yang kini selalu menjadi getar rindu di setiap hariku. 

aku merindumu, dan ingin mencintaimu selalu, karenaNya..ya, karena Dia memberikan cintaNya yang tertuju untukmu.



_Khalifa Rafa Azzahra_
NB: sebuah coretan cerita sahabat


...ketahuilah bahwa rindu itu seirama dengan kalbu. ia akan membersamai pecinta sejati, dimana dzikir dijadikannya sebagai arah alir dimana disanalah kan tercipta muara yang sama, muara dimana kita samasama mendamba nama yang sama...

Senin, 26 Desember 2011

Episode Geje "gakjelas bagian kedua"

nggak tau kenapa yah, sekarang ini kok aku jadi nggak jelas gitu deh. pertama rada aneh gitu, kedua, masa' sih udah gede nggak bisa cari jalan yang bener pas naek motor.

gini ni ceritanya...



bermula dari perut yang kosong, dompet yang tipis, akhirnya aku dan mbak lika (haduh kenapa dengan mbak lika lagi ya...hhmmm...seandainya aku punya suami pasti sama suamiku.hwkwkkakkk..:P) pergi ke rumah budheku yang di kacangan. mau tau tujuannya untuk apa..

dengan berat hati kukatakan kita mau 'ngrampok beras, pete, rambutan, sama mangga'

*glodagh*

haduh, ada yang jatoh kayaknya...

yah, begitulah..karena memang (ehm...sulit skali kukatakan) saya anak kosan. yang memang ngirit dan berhemat untuk kebutuhan sehari-hari, akhirnya selain karena memang udah lamaaaaaaaaaaaaa banget ngga ke kacangan buat silaturahim_akhirnya kesana juga (hoho, walaupun niatnya buat ngrampok beras..hahay)

akhirnya dapat jugaaaaa....yeeeeyyy...siiippp :)

ternyata oh ternyata, rambutannya budheku itu masih ijo-ijo, yah, boleh dibilang belum layak untuk dimakan lah. padahal kita lagi pengen banget rambutan. otak berpikir setelah itu, eiiitz..kayaknya saya punya temen yang punya kebun rambutan (iihhhiiiiy). dengan segenap tenaga dan penuh keikhlasan akhirnya ku SMS-lah orang itu. dan dengan terus terang meminta izin untuk dibolehkan merampok rambutannya. 


jengjeng...akhirnya selepas dari budhe motor kulajukan kenceeeenng...ternyata ujaaaaaaaaaaannn...dereeeeeeeeeessss banget..(yah, cobaan yang pertama datang)

tapi, belum itu juga, ternyata kita juga nyasar ke klego, *gini nih nasib amatiran*




tapi, masih sempet-sempetnya pose pas ujan-ujanan, nyasar pula di kampung rambutan (haha..ngusulin nama buat kampung ini, soalnya banyaaaaaaaaakkk,,banget rambutannyaaaa)

akhirnya sampailah pula di tempat tujuan. tapi eits...yang mau dirampok ternyata ngebatalin. dan bilang kalau jangan sekarang mintanya.

*diemseketika*

*pengenambilgergajijadinya*

ooooooooooohh NOOOO...udah hujan, becek, nggak ada ojek, nyampe di tempatnya malah disuruh pergi

*berasa pengen terbang*

begitulah akhirnya, berbekal nekat, kita akhirnya pergi juga dari tempat situ dengan hati yang retak-retak, kayak jalan yang kita lewati...

taunyaaaaaaaa.....ternyata kita ngga nyampe-nyampe. malah balik lagi ke klego, tempat kita nyasar yang pertama (haduh haduh jadi takut kalau yang ini...)


perut udah krucuk krucuk...ujan gede banget...nyasar pula...benar benarrrrrrrrrr.....Tepar ...

Jumat, 16 Desember 2011

Dengarkan Ceritaku

Angin...coba dengar ceritaku. aku takut. aku takut sekali...

ketakutan ini mengunci bibirku rapat-rapat. aku tak bisa sekalipun menyelinap. aku takut. sekali lagi, aku takut. takut tentang segala sesuatu yang akan terjadi nanti...

aku takut. dan aku tak bisa sekalipun mengucap sesuatu.


Kekasih, setelah diam mengunci bibir kau dan aku rapatrapat. Lihatlah bahwasanya akan ada senyum dan canda yang senantiasa melekat, seiring dengan hati kau dan aku yang berjalan mendekat.
Kuberikan tinta, tulislah sebuah titik di atas lembaran putih cinta. Dan akan kutuliskan kata, yang menyebutkan lirih nama kita di dalamnya.

Minggu, 11 Desember 2011

Pelangi itu cantik

mau tidak engkau jadi pelangi?
gampang lho. tinggal mempunyai banyak warna yang dapat mempercantik langit. tapi kecantikannya tidak membuat langit kotor, apalagi tercemar. langit malah semakin cantik dengan adanya pelangi.

sama saja dengan wanita. wanita itu cantik. suaranya saja yang terdengar membuat sebagian orang senang. apalagi jika melihat paras cantiknya.

tapi dikatakan seperti apapun, wanita tetap terindah. dan wanita yang indah adalah yang bisa menjaga kehormatannya.


cukup itu yah....

Kamis, 01 Desember 2011

Episode Geje "gakjelas bagian pertama"

okeh baju udah rapi. rok merah, baju merah bunga-bunga, sama jilbab panjang merah. tak lupa juga kukenakan ransel hitam bodypack yang setia menemaniku kemanapun aku pergi.

dari pagi sampe siang, kerjaan di ruangan ber-AC (asyik dah...untungnya pas ituh lagi di kantor). eh betewe mbak lika, partnerku katering tuh nge-SMS katanya kita musti belanja duluh gituh. waow...alhasil kita muter-muter dengan pakaian yang (menurutkuh sih) sungguh rapih sekali. yak benar...kita keliling di pasar tradisional

*pengen ambil wajan buat nutupin muka sebenarnya*

tapi telat...ternyata mukaku udah kayak penggorengan. kucel banget, karena terpanggang matahari yang bersinar dengan hebatnya di atas kepala.


"bu, beli ikan tongkolnya ya.."kataku
"mau penelitian ya mbak?" tanya penjualnya (idih, ni penjual ngapain juga nanya-nanya pikirku)
"hehe..."(nyengir aja kayaknya cukup buat jawaban kali ya...)

*haduh haduh..ini gara-gara aku pake ransel ke pasar tradisional*

mana becek gak ada ojek. belum lagi amisnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh .... *ambil ember dulu ah* (mau muntah gara-gara amisnyah itu)

tapi yaaah..gara-gara udah terbiasa masuk keluar pasar (bukan jadi tukang tagih lho yaaa, tapi jadi pembeli..huehueheh) semua itu tetap dijalani. enak juga ternyata. jadi tambah pengalaman. dan yang pasti nggak mau lagih deh ke pasar pake baju yang rapi.


udah gitu yah, bawaannya buanyak buanget...hhmmm...cukup buat kulakan nih kayaknya...(nyengir hebat)

Kamis, 24 November 2011

Mimpiku "Bagian keempat"

Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. (Lao Tse)


Menjadi sesuatu itu memang tidak mudah. apalagi mengalami proses "ditempa" sebelum "menjadi". ada kalanya begitu sulitnya mengubah diri untuk menjadi "sesuatu" atau mungkin "seseorang" yang keberadaannya diakui. katakanlah kita sebagai manusia, tak bisa dipungkiri bahwa semua manusia membutuhkan penghargaan. ya, penghargaan atas semua yang telah dilakukan. itulah sebabnya mengapa dari proses "ditempa" itu kita akan menemukan berbagai macam "warna" sebagai bonus kita karena telah ikhlas menjalani berbagai macam ritual untuk "menjadi".


Mimpi-pun seperti itu. kita harus menjalani berbagai macam usaha untuk meraihnya. ngomong-ngomong tentang mimpi, sampai sekarang saya masih saja menabung mimpi. sepertinya memang benar ya, lebih mengasyikkan dan mudah sekali untuk menabung mimpi daripada menabung uang (betul banget ya?). menabung mimpi tak perlu banyak pengorbanan. cukup pejamkan mata dan membayangkan kelak kita akan dapat meraihnya. mudah bukan?


mimpi untuk menjadi seseorang yang keberadaannya diakui. cukuplah itu menjadi sebuah mimpi yang bagi saya cukup berarti. keberadaan diakui_dapat dirasakan ketika tiga komponen dalam hidup terpenuhi. tiga komponen yang merupakan perhiasan berharga dalam hidup. sebagai mahkota mungkin, tapi tidak lantas menjadikan mereka sebagai ambisi sehingga dapat membutakan mata. mereka adalah harta, tahta, dan lawan jenis (mengapa saya bilang lawan jenis, karena bagi anda yang laki-laki, tentulah perempuan sebagai perhiasan anda. begitu juga sebaliknya.)


mimpiku yang lain masih berada di ujung hari. kelak saya akan membaginya dengan seseorang yang pantas mendengarnya. termasuk mimpi-mimpi aneh saya. mau tau mimpi aneh saya? saya termasuk orang yang paling anti bergaul dengan yang namanya asap. dalam pikiran saya selalu terbayang, mengapa rokok itu diciptakan untuk dibuang asapnya? mengapa tidak dihisap saja oleh perokoknya? sehingga tidak akan lagi ada yang namanya perokok pasif. terkesan jahat memang, tapi itulah..saya paling tidak suka dengan rokok. seseorang yang merokok bagi saya termasuk orang-orang yang tidak bisa mencintai dirinya sendiri. bagaimana ia bisa mencintai diri sendiri, jika yang dilakukan adalah membunuh diri secara perlahan. lantas bagaimana juga ia dapat mencintai orang lain, jika yang dilakukannya hanya membagi derita dengan yang dicinta. karena itulah saya paling tidak dengan rokok. 


jika saya punya uang yang banyak, ingin rasanya saya mengendalikan perekonomian. menghapus korupsi di negeri ini. menjadikan ekonomi syariah sebagai landasan dalam berekonomi. dan yang paling penting mengubah rokok dari racun yang mematikan menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk ummat. mengapa juga sih, mau-maunya kita menghisap racun? (kalau kayak gini, pengen banget nutup perusahaan rokok)


mimpi selalu terkait dengan kata "jika", "seandainya", dan "tentang waktu". semuanya memang berkaitan. entah kapan mimpi kan menggenggam sang waktu. memberikan makna yang begitu banyak pada perjalanan hidup seseorang. menjadi manusia yang baru tentu saja. 

dan sekarang yang harus saya lakukan adalah menyusun keping demi keping mimpi yang terserak. karena sudah lama sekali saya tidak menghimpunnya menjadi bagian yang utuh. entah saya masih bisa menemukan kepingannya atau tidak. yang penting saya sudah berusaha untuk mencoba bisa. yah, masih dengan mimpi. masih bicara tentang mimpi. karena hidup tanpa mimpi bagaikan berjalan tanpa jejak. 


Rabu, 16 November 2011

Mimpiku "Bagian ketiga"

di depan laptop dengan kaki satu tertekuk ke atas. jemari yang tak berhenti memencet tuts keyboard. ditemani suara hujan di luar, ditambah petir yang menggelegar. tak mau kalah dengan suara yang bergemuruh, HPku pun ikut berbunyi. bersenandung almatsurat, lalu berganti lagu mellow yang menambah gemilaunya malam ini, atau lebih tepatnya menambah sepi di tengah kegaduhan yang ada.

kalau boleh bercerita tentang mimpi. entahlah, kadang hujan punya caranya sendiri, bagaimana membuatku menulis, memasangkan abjad menjadi kata, lalu bersanding menjadi kalimat.

hujan masih tetap sama, tetap akan jatuh ke bawah, menjadi genangan. masa lalu pun begitu. akan tetap sama. jauh tertinggal, mengendap lalu mendekapmu dalam kenangan. aku mau tanya sesuatu, apakah ada hubungannya antara masa lalu, mimpi, dan masa depan? masa lalu adalah segenggam memori yang kadang tak bisa kita lupakan. mungkin ada kalanya ia menorehkan mimpi untuk masa depan. mungkin sekedar mencoba menjadi sebongkah asa, lalu mengeras, menjadi mimpi yang tak pernah tau batas.

di luar, hujan masih ada. sama seperti kenangan di sepanjang usia. aku kadang tak tau, harus bagaimana mengatakan bahwa mimpi kadang tak punya muara. bukan seperti air, bukan seperti genangan. bagiku mimpi tak ubahnya seperti angin. tak tau siapa yang berhak untuk disentuh, tak tau kapan harus terengkuh. tapi tetap saja kita harus yakin, mimpi itu akan membawa kita pada kesungguhan. pada tanggung jawab, sebagaimana angin mengajarkan kita bagaimana harus hati-hati pada kelembutan. ada kalanya kelembutan itu berbahaya, karena ketika kita tidak waspada, itulah yang akan menjatuhkan kita. berdamailah dengan mimpimu sendiri. bercerminlah, atau bisa juga bicaralah pada mimpimu. pantaskah dirimu mendapatkan mimpi itu.

di tengah hujan seperti ini, alangkah enaknya jika ditemani oleh secangkir susu hangat, dan sebatang coklat untuk penyemangat. belum lagi sebenarnya deadine tugas sudah menunggu untuk dijilat. tidak perlu heran, kadang mimpi juga membutuhkan pengorbanan lebih, bagaimana bisa mimpi yang biasa-biasa dijangkau oleh usaha yang hanya standar biasa saja? memang kita harus berlari lebih cepat, lebih lama sakit, dan lebih lama merasa bingung untuk memutuskan antara 'ya' dan 'tidak'

kadang aku merasa ingin sekali mimpiku diketahui oleh banyak orang. hei, lihat dan dengarlah..ini mimpiku. aku ingin meraih mimpi ini. tapi aku sadar mimpi tidak perlu beribu pernyataan, ia hanya perlu pembuktian. sebesar apa perjuangan kita mendapatkannya. sebagaimana sekarangpun aku sadari, menjangkau mimpi, kadang perlu juga mengevaluasi bagaimana langkah kaki melangkah, sejauh apa peluh menjadi tiket atas beribu lelah sehingga istirah bisa menjadi salah satu jeda yang harus kita bayar dengan sebuah kekosongan.

sekali lagi, mimpi tak perlu pernyataan yang terlalu banyak, apalagi harus membicarakan bagaimana ia kan dapat mendekatimu, meraih hatimu. cukup yakinkan saja, bahwasanya ketika azzam sudah di tangan, ketika mimpi sudah menjadi prasasti, dan ketika beribu asa sudah tersketsa rapi... cukup isi ia dengan segala keyakinan. yakinlah bahwa kau bisa meraihnya, tak peduli ribuan mata memandangmu begitu remeh, menghakimi sebelum mereka tau bahwa kau mampu.

mimpiku saat ini hanya satu, aku ingin sekali menjadi bagian ahli dzikir. ahli iqra'. dan seseorang yang selalu mengingat ayat cintaNya. ingin sekali kulantunkan Ar-rahman...

Duhai Dzat yang mendamaikan hati, kau ajari kami bagaimana memaknai hari...
Bimbing kami di jalanMu, ijinkan kami berpadu dalam bingkai rahmatMu. dalam kesucian, dalam kebeningan

Fa Bi ayyi aaaalaaaairabbikuma tukadzdzibaan

Selasa, 15 November 2011

Mimpiku "Bagian kedua"

mimpiku memang denganmu. kuyakin mimpi itu harus kuraih bersamamu. tapi untuk saat ini, aku hanya ingin sendiri. aku tidak ingin menjadi seorang penghamba cinta yang mengais sapa. aku ingin sendiri, bukan tidak peduli. sendiriku hanya ingin mencari sebanyak mungkin arti hadirku bersamamu.

mimpiku memang denganmu, tapi ku letih dengan kehampaan yang ada dalam asa kosong yang belum jua menyiratkan cahayanya. biar aku sendiri dulu, meneguhkan langkahku. agar kelak aku tak terseok jika sudah melangkah bersamamu.

mimpiku memang menjangkau langit bersamamu. menjadikan matahari sebagai cahaya kita, dan bulan sebagai pelengkapnya. tapi biar saja kini aku sendiri. menjadi bintang, bersama ribuan bintang lainnya. sebelum aku bersanding denganmu.

mimpiku memang bersamamu, tapi yang terjadi sekarang, rindu ini begitu menyiksaku. biarkan aku enyahkan saja sepi, ku hanya ingin sendiri. melewati semua langkah kakiku yang berjejak, semoga kelak tak ada lagi jarak yang menjadi jeda antara kau dan aku...

mimpiku....

adalah denganmu

Senin, 14 November 2011

Mimpiku "Bagian pertama"

baru mulai menulis, setelah sekian lama hibernasi. mungkin kata orang itu benar ya? talenta jika tak pernah diasah itu akan berkarat, lalu terlupa, hingga akhirnya tiada. tapi itulah realita. kesibukan seringkali membawa kita pada suatu lingkaran yang tak pernah berhenti berputar. tak ada yang tau dimana awal dan akan berujung dimana sebagai akhirnya. pun begitulah kesibukan.

Fa idzaa faroghta fanshob...

setelah melakukan satu kegiatan beralihlah ke kegiatan yang selanjutnya. mungkin kiasan itu juga dimaksudkan juga untuk mimpi. bermimpilah, setinggi apapun yang masih bisa engkau bayangkan.

bermimpilah, jangan takut bermimpi...

mimpiku sendiri?

ada yang pernah berkata padaku, "genggam dan ikatlah mimpimu. tuliskan ia pada lembaran kertas di otakmu. jangan pernah kaulupa ia. karena ia adalah cetak biru dirimu menentukan masa depanmu"

sekarang...?

apa yang kau bayangkan? ehm...lebih tepatnya apa yang aku rasakan?

tak ada. tak ada yang aku pikirkan selain..............................

mari kita beraktivitas pagi ini...

Rabu, 02 November 2011

Kepada yang menamai rasa

Cintakah   namanya, bila jarak selalu saja merampas tubuhmu dari dekapanku? bisakah kau kusebut kekasih, saat sekat ruang di antara kita begitu tebalnya, sehingga jiwamu hanya bisa kusentuh dengan email, SMS, dan telepon?

Rindukah namanya, bila wajah yang kusimpan rapi di rung hati hanya rekaman ingatanku pada hasil tangkapan web cam, camdig, atau scanning, sentuhan sentuhan dingin teknologi?

Kita bahkan tak pernah sempat beradu pandang, apalagi berjabat tangan. tempat kita berdiri selalu saja berjauhan

Atau ketika kini, setelah waktu berlalu, dan akupun tak tahu di belahan bumi yang mana kau persisnya berada, sudahkah kita disebut pengkhianat janji?

Tapi sudahlah, seperti dulu kau kusayangi dengan cara yang berada di luar logika, hingga malam ini pun kau selalu kukenang dengan rasa yang tak bisa kuberi nama

izinkan ingatan tentangmu kubawa kemanapun aku pergi
Biarkan aku mengenangmu dengan sekulum senyum, walau kini aku berbagi tangis dan tawa dengan orang yang berbeda

kau akan tetap menjadi bagian  indah dalam hidupku
menjadi cerita tersendiri yang hanya aku dan DIA saja yang mengetahui


Rindu
Segenggam kenangan atasmu
Menari-nari di sepanjang kalbu
Merangkai sekian puisi
Menjadi abjad 
Menuliskan ribuan riwayat
Antara aku, engkau, kita
Cerita yang sampai saat ini belum tamat


Cinta
Kadang harus kuselami maknamu dalam sunyi
Dalam setiap ziarah detak detik nadi
Bukankah sama, ketika sunyi itu ada, maka denyut kita tiada
Ketika suara itu ada, maka denyut kita seirama
Itulah cinta
Saat dimana aku dan engkau menjadi kita







Benci
Ia adalah sepi
Sunyi
Sendiri
Aku benci




Takut
Adalah saat malam membungkam seluruh pernyataan
Kalut
Menyisakan sebongkah pertanyaan
Hanyut
Meredakan setiap takut dan kalut
Menjadi tiada


Getir 
Menanti sapa mengalir
Kadang dalam dzikir semuanya hadir
Dzikir cinta dan rindu
Pada sebuah nama yang menamai rasa di kalbu



_Khalifa Rafa Azzahra_
Ruang Rindu, SKA, 0630, 02112011

Tentang Seseorang (Bagian ketiga)

Tentang dia lagi. aku teruskan ceritaku tentang dia ya.

Jika orang lain bercerita tentang dia, takkan bisa sepertiku bercerita tentang dirinya. Dia seorang yang menjaga agamanya, menjaga pandangannya, menjaga auratnya...

Sehari-hari dia lakukan dengan penuh perjuangan (ehm, sedikit berlebihan ya?) tapi takkan berlebihan jika ku beritahu hal yang sebenarnya. Hari demi hari dia lakukan di jalan, ya, hampir setiap hari dia tak lepas dari motor kesayangannya. Menyisir jalan. menuju satu tempat ke tempat yang lainnya. Menebar satu manfaat.

Dia berusaha untuk tidak mengeluh. Jikapun dia lelah, dia akan memilih untuk diam. diam sejenak. menarik nafas panjang, beristirahat. Banyak sekali teman-temannya yang bilang, "memangnya kamu tidak capek?". hhmm...itulah konsekuensi dari sebuah perjalanan panjang. lelah itu biasa, tapi ketika kelelahan menjadikan kita menyerah itu sia-sia. Memang perjuangan itu diliputi kelelahan.

Ada orang yang bilang dia memiliki sisi tangguh dalam dirinya. ya, dia termasuk orang yang tangguh. orang yang cekatan. ulet. tangkas. dan, jagoan. tapi setiap orang memang memiliki sisi kelemahan, kelemahannya adalah perasaan. kelemahannya adalah ketakutan dan kekhawatiran. bahkan sampai saat ini, dia ingin sekali menetralisir semua itu. dengan mencoba untuk menguatkan diri. sendiri.

Dia pernah bilang sesuatu kepadaku, katanya..."jangan pernah mengandalkan orang lain untuk kesuksesan kita. karena kita sendiri-lah yang punya generator itu. orang lain hanya faktor ekstern yang 'mendorong' kita supaya tidak jalan di tempat. "

itu obrolannya denganku terkait tentang hidup. kalau tentang cinta...dia pernah bilang,"ketika seseorang mencintai kita, jangan menjadikannya sebagai orang yang selalu 'bertanggungjawab' atas diri kita. kadang ketika kita 'tidak sadar' sudah memiliki seseorang yang 'peduli' dengan kita. di saat itulah kekuatan kita berkurang. kita 'lebih sadar' untuk senantiasa bersandar padanya. Tetaplah berdiri di atas kaki sendiri.Sampai waktu membuat kaki kita dengannya sejalan, lalu kita bisa melangkah bersama-sama menuju mimpi yang sama."


Dia memang menarik. setidaknya itulah yang bisa kukatakan sampai detik ini. dia bisa membuat teman-temannya tertawa ketika berada di sampingnya. dia berusaha untuk tetap tersenyum dan tegar, ketika ribuan masalah mendatanginya. setidaknya itulah yang bisa kuceritakan...


_Khalifa Rafa Azzahra_

Sabtu, 22 Oktober 2011

Catatan Tinta Sahabat "Ijinkan Aku Mencintaimu dalam Diam"

"Kadang hening adalah satu-satunya cara untuk lebih dekat pada bening"


Untukmu, jiwa yang selalu indah di hatiku. kusampaikan sebuah kata yang paling indah, untuk jiwa yang indah, "Semoga Allah selalu menjagamu dengan sebaik-baik penjagaan"

Untukmu, jiwa yang selalu menjaga hatiku. 



 Ketika jarak menjadi sebuah koma di antara kita, biarkan kecepatan dan waktu yang menyertainya. seperti rumus fisika. ketika dua hati bisa saling berpaut, mungkin kebahagiaan akan berlipat ganda. seperti kuadrat dalam rumus matematika. atau ketika dua jiwa sama-sama saling faham, kepercayaan akan selalu menyelam, oleh karenanya walau tiada kata yang terucap, hanya satu yang dapat engkau dan aku lihat. DIA. yang selalu menjaga kita. karenaNya tak akan pernah ada keraguan.

Untukmu, sebuah nama yang selalu ada dalam setiap doaku.
tak ada kata yang sanggup kuucap ketika Allah menyematkan sebuah cintaNya padaku untukmu. bagiku, diam adalah tindakan yang pantas kulakukan. karena berbincang dan bercinta denganNyapun kulewati dengan diam. lewat hening malam hingga kudapat menyentuh kebeningan.

karena itu...

Ijinkan aku mencintaimu dalam diam. dalam setiap kalam cinta yang tak pernah bisa kulukiskan. ijinkan aku menjaga hati, dengan diam. karena diam adalah bukti kecintaanku padamu. aku ingin memuliakan engkau, aku tidak akan mengajakmu menuruti nafsu syetan. dan aku tak akan pernah berusaha untuk menjadi cinta yang utama bagimu. karena cintaNya berada jauh di atas semua itu. aku dan engkau sama-sama mencintaiNya, bukan?

Untukmu, jiwa yang tak pernah lelah menyapaku lewat sujud-sujud denganNya
ingatkah engkau tentang kisah Fatimah dan Ali ?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan …
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah
 
karena dalam diam itulah tersimpan kekuatan … kekuatan harapan …
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cinta dalam diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata …
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya ?

Karena diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya…


Kutujukan untukmu, yang telah Allah pilihkan untukku
dan jika memang ‘cinta dalam diam’ itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam …
jika engkau memang bukan milikku, Allah akan menghapus ‘cinta dalam diam’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat …seiring berlalunya waktu
biarkan ‘cinta dalam diam’ menjadi memori tersendiri dan sudut hati ini menjadi rahasia antara aku dengan Sang Pemilik hati …




Untukmu, jiwa yang kuharap akan selalu indah karena mencintaiNya

Aku belajar mencintaimu dalam diam
dengan keimanan
Berharap agar dapat menjaga rasa maluku dan memelihara kesucian hatimu
Ini lah caraku Mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap 
hingga di ujung lidah yang lunak bahkan tak pernah terlukiskan 
oleh aktifitasku yang dapat engkau lihat

Berharap menjadi fatimah yang tak pernah sekalipun mengungkapkan
Dan membawamu menjadi Ali Bin Abi Thalib yang tak pernah sekalipun mengecewakan
apalagi menduakan


_Khalifa Rafa Azzahra_

Catatan Tinta Sahabat "Untukmu, Bundaku"

Kepada yang tercinta
Bundaku yang ku sayang


Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju surga. Shalawat serta salam, hamba yang lemah ini panjatkan keharibaan Nabi yang mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu… aku terima suratmu yang engkau tulis dengan tetesan air mata dan duka, dan aku telah membacanya, ya aku telah mengejanya kata demi kata… tidak ada satu huruf pun yang aku terlewatkan.

Tahukah engkau, wahai Ibu, bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’ dan baru selesai membacanya setelah ayam berkokok, fajar telah terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan?! Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah, sekiranya diletakkan ke atas daun yang hijau tentu dia akan kering. Sebenarnyalah surat yang engkau tulis tersebut tidak tersudu oleh itik dan tidak tertelan oleh ayam. Sebenarnyalah bahwa suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan… bagaikan awan kaum Tsamud yang datang berarak yang telah siap dimuntahkan kepadaku…

Ibu…
Aku baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak, sekiranya surat itu ditulis oleh orang yang bukan ibu dan ditujukan pula bukan kepadaku, layaklah orang mempunyai hati yang keras ketika membaca surat itu menangis sejadi-jadinya. Bagaimana kiranya yang menulis itu adalah bunda dan surat itu ditujukan untuk diriku sendiri!!
Aku sering membaca kisah dan cerita sedih, tidak terasa bantal yang dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata, aku juga sering menangis melihat tangisnya anak yatim atau menitikkan air mata melihat sengsaranya hidup si miskin. Aku acap kali tersentuh dengan suasana yang haru dan keadaan yang memilukan, bahkan pada binatang sekalipun. Bagaimana pula dengan surat yang ibu tulis itu!? Ratapan yang bukan ibu karang atau sebuah drama yang ibu perankan?! Akan tetapi dia adalah sebuah kenyataan…

Bunda yang kusayangi…
Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yang engkau telah sebutkan benar adanya. Aku masih ingat ketika engkau ditinggal ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yang dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan. Dengan jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yang engkau ambil tersebut sebagai hutang dan hendaklah dicatat dulu. Hutang yang engkau sendiri tidak tahu kapan engkau akan dapat melunasinya.

Ibu… aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yang telah lama engkau jemur dan keringkan, tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dengan segera. Atau aku masih ingat, engkau sengaja mengambilkan air didih dari nasi yang sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.

Ibu… maafkanlah anakmu ini, aku tahu bahwa semenjak engkau gadis sebagaimana yang diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua sekarang, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan. Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dengan anak-anakmu. Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu tidak ada kebahagiaan, hari-harimu adalah perjuangan. Semua hidupmu hanya pengorbanan.

Ibu…
Maafkan aku anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang istri, wanita yang telah engkau puji sifat dan akhlaknya, yang engkau telah sanjung pula suku dan negerinya!! Engkau katakan ketika itu padaku, “Ambilah ia sebagai istrimu, gadis yang pemalu yang pandai bergaul, cantik dan berakhlak mulia, punya hasab dan nasab!.”
Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa denganmu. Keberadaan dia sebagai istriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku, senyuman dan sapaannya telah membuatku terlena dengan sapaan dan himbauanmu.

Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena ia telah menunaikan kewajibannya sebagai istri, terutama perhatiannya dalam berbakti kepadamu, sudah berapa kali ia memintaku untuk menyediakan waktu untuk menziarahimu. Hari yang lalu ia telah buatkan makanan buatmu, akan tetapi aku tidak punya waktu mengantarkannya, hingga makanan itu telah menjadi basi…
Aku berharap pada permasalahan ini engkau tidak membawa-bawa namanya dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya. Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yang baik, istri yang telah berupaya banyak untuk kebahagiaan rumah tangganya.

Ibu…
Ketika seorang laki-laki menikah dengan seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Sekali lagi maafkan aku! Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku.. anakmu ini!! Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yang kualami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah dan perubahan jiwa ketika aku tidak hanya mengenal dirimu, tapi kini aku telah mengenal satu wanita lagi.
Ibu… perkawinanku membuatku masuk ke dunia baru, dunia yang selama ini tidak pernah kukenal, dunia yang hanya ada aku, istri dan anakku!! Bagaimana tidak, istri yang baik dan anak-anak yang lucu-lucu!! Maafkan aku Ibu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting bagiku adalah keadaan mereka.

Ibu…
Maafkan aku, anakmu!! Aku telah lalai… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu!! Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, dan anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya. Oleh sebab itu dilarang mencintai anak secara berlebihan dan anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya.
Itulah yang terjadi pada diriku, wahai Ibu!! Aku seperti orang linglung ketika melihat anakku sakit, aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare. Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu atau pada ayah!!

Ibu…
Sulit aku merasakan perasaanmu!! Kalaulah bukan karena bimbingan agama yang telah lama engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya!! Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayah, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.
Setelah suratmu datang, baru aku mengerti!! Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat yang engkau hadapi selama ini.

Sekarang baru aku mengerti, bahwa hari yang sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anaknya telah menikah dengan seorang wanita. Di matanya wanita yang telah mendampingi putranya itu adalah manusia yang paling beruntung.
Bagaimana tidak!! Dia dapatkan seorang laki-laki yang telah matang pribadi dan matang ekonomi dari seorang ibu yang telah letih membesarkannya. Dengan detak jantungnya ia peroleh kematangan jiwa dan dari uang ibu itu pula ia dapatkan kematangan ekonomi. Sekarang dengan ikhlas dia berikan kepada seorang wanita yang tidak ada hubungannya, kecuali hubungan dua wanita yang saling berebut perhatian seorang laik-laki. Laki-laki sebagai anak dari ibunya dan ia sebagai suami dari istrinya.

Ibuku sayang…
Maafkan aku Ibu!! Ampunkan diriku. Satu tetesan air matamu adalah lautan api bagiku. Janganlah engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi!! Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu… aku cemas dengan banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu. Dengan apa aku ridho Allah, sekiranya engkau tidak meridhoiku. Apa gunanya semua kebaikan sekiranya di matamu aku tidak punya kebaikan!! Bukankah ridho Allah tergantung dengan ridhomu dan sebaliknya bukankah kemurkaan Allah tergantung dengan kemurkaanmu!! Tahukah engkau Ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan takut kepada murka Allah!! Apalah jadinya hidup jika hidup penuh dengan murka dan laknat serta jauh dari berkah dan nikmat.

Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, demi hanya untuk dapat menyeka air matamu! Kalau akan engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa?!
Sungguh aku tidak mau masuk neraka! Seakalipun -wahai Bunda- aku memiliki kekuasaan seluas kekuasaan Firaun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qarun dan mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai Bunda tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akherat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab neraka, wahai Bunda!!

Ibu maafkan anakmu!! Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit!! Maka, ampun, wahai Ibu!! Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu!! Kalaulah itu yang terjadi, do’a itu tersampaikan! Salah ucap pula lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku!! Tentu kebinasaan yang telak. Tentu diriku akan menjadi tunggul yang tumbang disambar petir, apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula!!
Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai Ibu!! maka, tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan.

Ibu dalam sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada yang bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasib bagi yang terkena kutuk di akherat, tentu lebih sengsara.

Ibu… setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku. Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku, setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali, tiap kali aku lengah darimu akan kutalqin diriku dengannya. Akan kusimpan dalam lubuk hatiku sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku. Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai dalam berbakti, lalu sadar dan kembali kepada kebenaran, ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.

Tua… siapa yang tidak mengalami ketuaan, wahai Bunda!! Badanku yang saat ini tegap, rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu akan ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit yang kencang itu akan menjadi keriput ditelan oleh zaman.
Burung elang yang terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi, suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yang akan dipertanggungjawabkan.

Ibu, do’akan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu di masa banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akherat.

Ibu… sesampainya suratku ini, insya Allah, tidak akan ada lagi air mata yang jatuh karena ulah anakmu, setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku dan tangismu adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya dan aku berharap aku dapat membahagiakanmu selama mataku masih berkedip.
Bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum!! Ini kami, aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.
Salam hangat dari anakmu.

Sumber: Diketik ulang dari buku ‘Kutitip Surat Ini Untukmu’ karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah

 




“Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)