Jumat, 24 Juni 2011

Catatan Tinta Sahabat (Ketika Engkau Menyalakan Cahaya Hatiku)

"Melalui mimpi-mimpi, bahkan sebongkah asa, hingga kita mendakinya dengan usaha,
Dengan mimpi itu, kita telah mengarungi derasnya kehidupan, 
Ibarat masa, air yang mengalir di sungai takkan kembali,
Begitu dengan sahaja kita menelusuri curamnya cobaan yang menghadang, dan dipertemukan dengan kearifan
Makna hidup akan berbinar tatkala kita mampu menggerakkan diri untuk berhijrah, mencapai tahapan ideal
Dan dengan mimpi-mimpi itu kita telah membaca nilai hati kita
Maka dengan mimpi dan tekad, manusia mampu menuntun diri dalam lakunya
Dan takkan pernah berhenti untuk mendaki kemajuan menuju perubahan itu,
Tuntunlah langkah mimpi itu dengan paradigma, hingga keadaan dapat kita baca dengan mata-mata suci
Maka kejernihan itu akan selalu menguraikan nyata,
Untuk mengerti arti dari asa dan kearifan mimpi dengan hati..."

Ketika Engkau menyalakan cahaya hatiku. tetaplah mencahaya. karena saat ini aku tengah berusaha menyulam cahaya dari benang-benang kebersamaan kita. sampai nanti. selamanya...


_Khalifa Rafa Azzahra_

Senin, 13 Juni 2011

Catatan Tinta Sahabat "Ketika Ruhku Menangis"

Sepertinya engkau harus membaca basmalah terlebih dahulu sebelum membaca catatan ini...
bismillahirrohmaanirrohiim...Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Assalamualaikum Wr. Wb.

“Dengan nama Alloh bagi diriku, hartaku dan agamaku. Ya Alloh, jadikanlah aku ridha atas keputusanMU dan berilah aku berkah pada apa saja yang telah ditetapkan untukku. Sehingga aku tidak menginginkan disegerakan apa yang telah Engkau tunda dan tidak menginginkan penundaan apa yang telah Engkau segerakan (HR. Ibnu Suni)”
keluh dan resah mengalir dalam doa-doa, hasrat dan rindu, serta cemasku belum terlunasi.......

apa kabarmu duhai jiwa yang pernah indah di hatiku ?! semoga Alloh selalu melindungimu beserta keluarga tercinta. Hasratku yang tak bisa ditawar, mengantarkan kerinduanku padamu.... tapi rasanya mengingat ingat kenangan terlalu membuahkan sakit yang tak bisa ditawar.


Pesona fisik, jiwa, akal, dan ruh diperlukan untuk menciptakan daya tarik dan daya rekat yang permanen bila kita ingin membangun sebuah hubungan jangka panjang. Tapi andai saja seperti berlian, tidak semua orang mengenalnya dengan baik. Maka mereka tidak menghargainya. Atau mungkin mereka mengenalnya, tapi terasa terlalu jauh untuk dijangkau, seperti mimpi memetik bintang atau mimpi memeluk gunung. Atau mungkin ia mengenalnya, tapi terasa mewah untuk sebuah kelas sosial, atau kurang serasi untuk sebuah suasana atau bahkan ketika kamu memiliki semua pesona fisik, jiwa akal dan ruh, cintamu mungkin saja bukan tertolak dan kamu terluka dibawah hukum keserasaan dan keserasian, lebih dari itu, kamu juga tidak bebas dari problematika kehidupan cinta dan asmara seperti yang dialami orang-orang biasa.

Dalam terminologi batin kehidupan, sebenarnya kita semua hanya orang-orang biasa, memiliki rasa orang-orang biasa, dan menghadapi persoalan cinta yang juga dialami orang-orang biasa. Bahkan ketika sang kekasih setara dengan kamu pada pesona fisik, jiwa akal dan ruhnya, itu juga bukan sebuah sertifikat bebas perkara kehidupan, yang dapat engkau tempel pada dinding kesadaranmu. Tidak.......!!!

Semua usaha untuk menjelaskan pemaknaan kerja cinta melalui konsep dengan cara bagaimanapun, tetap akan lebih mudah dimasukkan ke dalam akal ketimbang membuatnya diterima perasaan. Bagi semua perempuan, yang mengalami penolakan inilah perjuangan maha berat di alam perasaan.

Orang romantis seperti aku, sungguh sangat rapuh ketika menghadapi sebuah tantangan cinta, meskipun tahu cinta sejati hanya milikNYA.  Ku ungkapkan  dengan segenap jiwa dan perasaan, meskipun kelu dan beranggapan karena cinta punya nyali. “ aku mencintaimu dan rinduku belum berusai” cukuplah lega dengan pengungkapan kata walaupun tidak terpadunya fisik. Aku menghargai  anugrah perasaan ini, walau kita tak kan pernah menyatu.

Maka, Perlulah aku dan engkau simak lagi sebuah kisah hikmah dalam judul          

kasihinilah para pecinta

Sepasang aktivis itu datang dengan mata berbinar. Binar cinta yang bersemi di mushala kampus dan dibangku kuliah, dan diarak-arakan jalanan demontrasi untuk reformasi. Ditengah badai politik itu cinta mereka bersemi.
Tapi cinta gadis keturunan Arab dengan pemuda Jawa itu kandas. Kasih mereka tak sampai kepelaminan. restu  orang tua sang gadis tak berkenan meneruskan riwayat asmara putih mereka. Tragis.....tragis sekali. Karena dihati siapapun cinta yang suci dan tulus seperti itu singgah, kita seharusnya mengasihi pemilik hati itu. Sebab perasaan yang luhur begitu adalah gejolak kemanusiaan yang direstui di sisi Alloh. Sebab karena itulah Rasululloh SAW lantas bersabda “ tidak ada yang lebih baik bagi  mereka yang sudah saling jatuh cinta kecuali pernikahan”

Islam memang begitu, sebab ia agama kemanusiaan, sebab itu pula nilai-nilainya selalu ramah dan apresiatif terhadap semua gejolak jiwa manusia. Dan sebab cinta adalah perasaan kemanusiaan yang paling luhur, mengertilah kita mengapa ia mendapat ruang sangat luas dalam tata nilai Islam.

Itu karena Islam memahami betapa dahsyatnya goncangan jiwa yang dirasakan orang-orang yang sedang jatuh cinta. Tak  ada tidur, tak ada lelah, tak ada takut, tak ada jarak......pun tak ada aral. Yang ada hanya hasrat, hanya tekad, hanya rindu, hanya puisi, hanya kerinduan, hanya puisi, hanya keindahan.

Puisi adalah busur yang mengirimkan panah-panah asmara kejantung hati sang kekasih. rembulan adalah utusan hati yang membawa pesan kerinduan yang tak pernah lelah melawan waktu.
Dua  jiwa yang sudah terpaut cinta akan tampak menyatu bagaikan api dengan panahnya, salju dengan dinginnya, laut dengan pantainya, rembulan dengan cahaya.

Mungkin berlebihan atau mungkin memang begitu, tapi siapapun yang melantunkan bait ini agaknya ia memang mewakili perasaan banyak arjuna yang sedang jatuh cinta. Bisakah kita membayangkan betapa sakitnya sepasang jiwa yang dipautkan cinta lantas dipisah tradisi atau apa saja? Tragedi Zaenudien dan Hayati dalam tenggelamnya kapal Vanderwijk, atau Qais dengan Laila dalam Liala Majnun, terlalu miris, sakit...sakit sekali. Karena di alam jiwa seharusnya itu tidak mustahil. Tragedi cinta  selamanya merupakan tragedi kemanusiaan. Sebab itu memisahkan pasangan suami istri yang saling mencintai adalah misi terbesar syaitan. Sebab itu menjodohkan sapasang kekasih yang saling mencintai adalah tradisi kenabian.

Suatu saat khalifah Al Mahdi singgah beristirahat dalam perjalanan Haji ke Makkah. Tiba-tiba seorang pemuda berteriak “aku sedang jatuh cinta” maka Al Mahdipun memanggilnya “apa salahmu?” “aku mencintai puteri pamanku dan ingin menikahinya. Tapi ia menolak karena Ibuku bukan keturunan Arab, sebab itu aib dalam tradisi kami”.

Al Mahdipun memanggil pamannya dan berkata padanya “ kamu lihat putera-puteri Bani Abbasiyah? Ibu-ibu mereka juga banyak yang bukan Arab. Lantas apa salah mereka? Sekarang nikahkanlah lelaki ini dengan puterimu dan terimalah 20 dirham ini, 10 ribu untuk aib dan 10 ribu untuk mahar”

Keterwakilan cinta yang sempat tertolak. cukuplah satu kalimat dariku, "pessimism can reduce the level of your attractiveness."


Salam,
SM


NB : Based On True Story


_Khalifa Rafa Azzahra_


catatan di atas diambil dari kisah nyata sahabat. semoga dapat dijadikan sebuah pelajaran bahwa keterlibatan ALLAH di setiap masalah kita akan semakin memudahkan kita untuk memahami suatu masalah. Belajar dari apapun...(bukan cerita saya lho yaa...^___^)

Minggu, 05 Juni 2011

Catatan Tinta Sahabat (Ketika Potongan Namamu Menjadi Luka Di Hatiku)


Hai perkenalkan namaku Diary. Tepatnya aku adalah sebuah buku harian dari sahabat baikku. Tak perlulah kau tau siapa namanya. Cukup saja mendengarkan kisahku. Tapi cukup kau tau saja bahwa yang menulis di tubuhku adalah seorang perempuan. Dia gadis yang cantik. Periang tentu saja. Dan juga, ia sedikit pendiam. Tapi dia tidak pernah mendiamkanku, hehe. Sepulang dari kegiatannya, ia pasti selalu menyapaku. Menuliskan segala ceritanya di saat dia bersama dengan teman-temannya.
Semuanya bermula dari cinta, dan berakhir dengan duka. Kau tau mengapa? Hhmm…untuk lebih jelasnya kutuliskan saja cerita-ceritanya yaa….

Agustus 2002
Ry, hari ini aku masuk SMA. Seminggu ini aku mengikuti MOS nih. Hhmm…kau tau tidak ry, ada kakak kelas yang aneh sama aku. Nggak tau kenapa ya, dia selalu curi-curi pandang sama aku. Males banget deh, ry. Mana semuanya nge-ceng-cengin aku lagi sama dia. Nggak suka aku.
November 2002
Hey, Ry, ternyata dia nggak pernah menyerah mencari perhatianku lho. Masa dia tadi ngucapin met malem terus SMS aku gitu ry. Padahal aku nggak tau nomor dia. Kok dia bisa tau no-ku sih???
Januari 2003
Aku kok lama-lama jadi sebel sama dia sih Ry. Nggak habis-habisnya dia ngasih aku hadiah. Bulan kemarin cokelat, trus baru aja tadi boneka. Huffh…kurang kerjaan saja…tapi aku terima juga sih. Buat adikku..hehee

Juni 2003
Eh, Ry…kok dia tumben banget nggak ada di depan gerbang sekolah, padahal biasanya dia selalu nungguin aku disana. Hahaa…Cuma ngliat keluar aku doing kata teman-temannya. Tadi aku sempet nanya sama temennya sih Ry, katanya dia sakit. Demam gitu habis pulang pramuka. Hhmm…yaa..cepet sembuh sajalah…

September 2003
Kok lama-lama aku jadi nggak enak sih…dia baik banget Ry ternyata. Masa sih aku tega-teganya nyuekin dia. Aku harus gimana ya Ry??

Januari 2004
Ryyyyyyyyyy…..sangat menegangkan!!!tadi dia nembak aku ry…benarbenar cowok aneh…nggak menyerah banget yaa…tapi aku nggak tau apa yang aku rasain Ry. Aku Cuma pengen konsen sekolah saja.

Agustus 2004
Waaah…Ry, udah semakin mau lulus sekolah yaa…sepertinya kok aku mulai suka dia ya Ry. Aku jadi perhatian gitu sama dia. Yaah…diam diam tapi Ry. Mana berani aku terang-terangan nunjukin perhatianku sama dia??
Juni 2005
Aku nerima dia Ry…semoga dia ada di hatiku selamanya ya…aku sayang dia. Perjuangan dan pengorbanannya ngedapetin aku itu membuatku luluh…

Agustus 2005
Kuliaaaaaaaaaaahhhh…wah jauhan sama dia ya Ry. Tapi dia sering banget SMS aku TELP aku. Terus katanya dia cinta mati sama aku lagi…hhmmm

Agustus 2006
Tadi aku putus sama dia Ry. Dia nyebelin banget. Di kerjaannya dia disukain sama cewek. Aku kan cemburu banget. Panaaaaaaaaaaaaaaaasss banget rasanya hatiku. Pengen banget aku marahin dia. Jaga hati dunk mas…hikhiks. Dia tega banget sih, setiap kali telpon bicarain dia Ry…kan aku nggak sukaaa…berarti si cewek itu kan memang menjadi bahan pembicaraannya. Sudah ada di pikirannya. Aku sebeeeeeeeeellll…dia tega banget sih. Dia sebenarnya cinta sama aku nggak sih Ry??? Yaudah aku biarin aja dia. Aku diaammm…biarin putus aja..

September 2006
Aku baikan lagi Ry, heheee….dia minta maaf soal yang kemarin. Dia nggak akan kayak gitu lagi. Bicarain cewek itu lagi. Dia Cuma sayang sama aku katanya..hehee….dia gombal banget ya Ry. Tapi aku suka…gimana yaaa???

Januari 2009
Aku yakin sama dia Ry. Semoga dia jadi suamiku nantinya ya…aku Cuma pacaran sama dia. Dia benar-benar cinta pertama aku. Dan kuharap dia juga cinta terakhirku.

November 2010
Hubunganku sama dia udah di orang tua Ry. Dia mau nglamar aku katanya. Dia juga udah keterima PNS. Alhamdulillah, semoga dimudahkan ya mas…

Januari 2011
Ry, kok semakin aneh ya, tingkah laku dia. Jadi jarang SMS. Jarang telp. Jarang nyapa kalau malam. Aku sedih Ry. Ada yang hilang dari dalam hatiku. Rasanya pengen teriaaaaaaaakk..nyebelin. dia benar-benar nggak tau apa yang kurasain saat ini. Aku kangeeeeeeeeennn

Mei 2011
Ry, nggak tau apa yang harus aku tulis. Semuanya berakhir…hampir  enam tahun aku mengenalnya dan sekarang aku benar-benar tidak bisa mengenal dia. Dia benar-benar lain sekarang Ry. Aku nggak kuaaaaaatttt…dia mutusin aku tanpa alasan yang jelaaaaaaass……kau tau apa yang kurasain Ry??sedih bangeeeeeettt…rasanya kiamat sudah hatiku. Nggak terima retak retak tapi sudah hancuuuurr…Ry…tau nggak berat badanku berapa? 35!!padahal biasanya 43!!!!aku nggak bisa makan!!!!aku nggak kuat Ya ALLAH…

Itu tulisan terakhir dari sahabatku. Jejak terakhir di bukuku. Tentunya setiap hari ia selalu menulis. Tapi, aku singkat saja ceritanya. Entah, akupun tak kuasa menahan kesedihan sahabatku. Bahkan kini aku kucel banget. Tubuhku penuh dengan lekukan lekukan. Dia sering sekali menangis di tahun ini. 2011. Karena cinta. Ya, cinta…
Andai aku jadi manusia, aku pasti pinjamkan pundakku untuknya. Tidak tega sepertinya orang sebaik, sesetia, dan sejujur dia dipermainkan dan diperlakukan seperti itu oleh seorang pria yang dahulu mencintainya. Itulah, jika cinta tidak dijaga, tidak dikendalikan.
Aku pernah mengintip tulisan dari majikan sahabatku tentang seseorang…mau tau nggak??
Nih…aku tuliskan..tapi ssssttt…ini rahasia lho yaa…takut soalnya. Dia itu perempuan yang misterius banget. Nggak pernah yang namanya pacaran lho. Tapi nggak tau kenapa kok dia bisa nulis kayak gitu di sahabatku.

Padamu yang menggenggam hatiku…
Kusampaikan kata-kata ini dengan sederhana. Karena aku tau, akan sangat sulit bagimu memahami kata-kataku yang kadang menjadi sajak. Meretakkanmu sebelum kau mengerti apa yang terkandung di dalamnya. Kusampaikan kata-kata ini dengan sederhana, seperti engkau yang kan memahamiku (kuharap) dengan sederhana pula
Kau tau, bahwa aku lahir dalam keluarga yang bagiku sangat sempurna. Orang tua yang selalu memperhatikanku. Aku tak kurang perhatian dan kasih sayang. Semuanya Alhamdulillah ada untukku. Aku juga tak kurang dalam hal materi, hampir semua yang kumimpikan tercapai. Banyak yang menuntunku, sejak kecil, umi dan abi selalu mengajariku bagaimana mencintaiNYA. Melaksanakan seluruh perintahNYA dan menjauhi semua laranganNYA. Sejak kecil aku dididik untuk berperilaku baik. Berperilaku sopan, dan bermanfaat bagi semua kawan.
Tapi ternyata aku sadar, perhatianmu yang sederhana itulah yang kurasakan lain. sebegitu terus terangnya diriku mengungkapkan semuanya. Tapi, aku tak dapat menyampaikan semua ini. Sederhananya perhatianmu, akan mengalahkan perhatian orang tuaku padaku. Inilah yang kutakutkan, karena perhatian manusia terkadang melalaikan. Dengan bahasa yang sederhana pula, izinkan aku menyimpan semua perhatianmu. Dalam laci yang ada di hatiku. Kuberikan kuncinya untukmu. Dan berikan perhatian itu ketika kau memang benar-benar yang terpilih untukku.

Padamu yang menggenggam hatiku…
Aku tau, aku takkan pernah bisa menggapai kesempurnaan. Aku penuh dengan kekurangan. Pun dirimu. Aku juga tau, aku bukan yang pertama untukmu. Aku juga tak tau apakah aku nantinya akan jadi yang terakhir. Tapi, satu kata dariku, engkau kini telah menggenggam hatiku. Menjadi cahaya dalam setiap sendi jiwaku. Aku tau, kau dan aku, kita jauh dari kesempurnaan. Karena itu, izinkan aku menjaga hatiku dengan sempurna. Untuk orang yang akan menggenggam hatiku dan berjalan denganku menuju kesempurnaan.


Padamu yang menggenggam hatiku…
Mungkin keraguan akan selalu datang. Entah,,,bagaimana harus kutuliskan kata dengan bahasa yang teramat sederhana.  Ini karena aku tak pernah menyerahkan hatiku dengan begitu sederhana.
Keraguan selalu akan membersamai kita. Menjadi batu dalam setiap perjalanan. Atau mungkin ketika kita sama-sama diam, karena kesibukan kita sendiri. Lantas, aku yakin, akan ada yang lain yang akan kita rasakan. Aku tak pernah menuntutmu untuk menghilangkan keraguan itu. Simpanlah  keraguan itu, tuliskan di atas pasir…biar ombak yang kan menghapusnya.

Padamu yang menggenggam hatiku…
Aku memintamu untuk menjaga hatimu. Dan aku akan menjaga hatiku pula. Bukankah kita tidak tau apakah nanti kaulah yang terpilih untukku, ataupun sebaliknya akulah yang terpilih untukmu. Jadi, alangkah lebih baik jika kita saling menjaga. Tidak terlalu bergelut dengan waktu. Aku yakin, tulang rusuk takkan pernah tertukar. Cukup meminta padaNYA, memilihkan yang terbaik untukmu.

Padamu yang menggenggam hatiku…
Aku tidak pernah bergaul dengan hal-hal serumit cinta. Aku tidak pernah menceburkan diriku dan memikirkan semua itu. karena aku ingin, suamikulah, cinta pertama dan terakhirku. Aku tidak ingin menjadikan hubungan ini hubungan yang tidak diridhai. Kau pasti sudah tau, apa yang ingin aku sampaikan.
Jika kau memang yang terpilih untukku, kau kan selalu menjaga hatimu untukku…



Ehm…itu yang mereka berdua tuliskan soal cinta. Mereka semuanya sama. Bermasalah dengan cinta. Tapi memang fitrah sih…seberapa tingginya iman seseorang dia pasti pernah jatuh cinta. Atau sekurang-kurangnya simpatik-lah sama seseorang. tapi cinta yang benar adalah cinta yang kita hadapkan hanya untuk ALLAH. Mencintai seseorang karena ALLAH. Bukan karena nafsu.
Kalau dari pembicaraan yang aku curi dengar dari seorang murabbiyah, kita tidak akan bisa mencari kriteria yang ideal untuk seseorang. karena ideal itu tidak akan pernah dimiliki oleh manusia yang banyak dosa. Tapi yang kita butuhkan sebenarnya adalah seorang pribadi yang terus menerus “mau belajar” untuk menjadi lebih baik lagi dari kemarin. Kesempurnaan tidak akan pernah kita dapatkan kan? Tapi kita bisa menjalani proses menuju kesempurnaan.

Kata Murabbiyah itu juga, seorang laki-laki sholeh jika mencintai seorang akhwat. Dia akan menjaga hatinya. Dia akan mengendalikan perasaannya. Takkan dibiarkan perasaan itu menjadi nafsu yang mengotori keduanya. Dan tetap mereka akan saling menjaga. Satu sama lain. Tidak hanya diam tentu saja, tapi mungkin sesekali bertanya kabar.

Seorang laki-laki yang sholeh, akan berusaha membahagiakan wanita yang akan dinikahinya. Dia akan selalu berusaha mencukupi apapun kebutuhan istrinya. Bahkan dia akan berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari. Seorang laki-laki yang sholeh, takkan pernah bermain-main dengan cinta, dia akan setulusnya mencintai meski tau bahwa yang dicintai belum tentu dia miliki. Dia akan selalu menghadirkan nama orang yang dicintainya. Seorang laki-laki yang sholeh, tidak akan pernah mengatakan cinta tanpa sebuah pembuktian. Yaitu pernikahan. Terus kata murabbiyah itu juga, seorang laki-laki yang sholeh juga tidak akan menyia-nyiakan keluarganya. Dia adalah anak yang sangat berbakti pada orang tua, mencintai istrinya, menyayangi anak-anaknya. Hhmm…berarti yang dapat kita simpulkan dari tulisan di atas adalah carilah lelaki yang sholeh, sahabatku. Yakinlah, bahwa dia takkan pernah menyakitimu. Dia akan selalu menjaga hatimu, dan hatinya tentu saja. Sampai suatu saat ALLAH mempertemukan mereka berdua dalam ikatan suci, yaitu pernikahan. Tak perlulah mengumbar-umbar perasaan hingga setan berada di antara angan-angan. Cukup yakin! Pantaskan saja diri kita untuk mendapatkan seorang pendamping terbaik yang akan menemani sisa hidup kita.

Kau tau tidak, kedua sahabat kita di atas itu, sekarang sudah jarang sekali menulis di atas diary. Katanya, kata-katanya sudah hilang. Dan dia sudah tidak mau berbagi. Hhhmm…aku sedih sekali. Ingin sekali mengatakan pada mereka. Masih banyak yang menunggu senyum kalian. Tersenyumlah, jangan patah semangat gara-gara seseorang yang sudah menyakitimu. Justru kamu harus buktikan padanya bahwa kamu adalah sosok yang tegar, sosok yang kuat, yang tidak mudah lemah…
Sudah ya ceritanya. Sudah maghrib…


_Khalifa Rafa Azzahra_

Catatan Tinta Sahabat "ketika kutemukan sepi di kotaku"

aku tak tau harus dimana bermula. apakah seperti sebuah angka yang harus bermula pada angka 1 dan berakhir di sebuah tujuan yang tanpa akhir. alias tak terhingga. ataukah pada sebuah huruf A, dan berakhir di Z. jelas dan tak akan melewati batas. akan tetapi, yang kurasakan kini berbeda dengan yang kurencanakan sebelumnya. ah..wanita memang selalu saja menulis tentang rasa. sekali saja, aku tak akan menulis soal rasa.

ini soal harga diri. ya, harga diri sebagai seorang anak. taruhlah analoginya seperti anak kura-kura. seekor tukik yang ingin mencapai bibir pantai. membiarkan tubuh kecilnya berlomba dengan desau angin pantai. tukik itu berlari, entah kekuatan apa yang sedang melingkupinya, tapi satuhal yang ia inginkan. ia ingin mencapai ombak. ia ingin ombak menelan tubuhnya. dan akhirnya ombak merangkulnya, membawa dari garis pantai menuju ke kedalaman samudra. dan ia berenang. entah perjuangan itu bermula dari apa dan akan berakhir dimana.


samudra itu kini terasa sepi. sunyi melingkupi. bahkan ombak yang deras menerjang pun begitu hambar. ada yang hilang di persimpangan jalan. saat nyanyian ombak dan buih tak jadi satu jalan. tak bisa mengarah. entah harus dengan kekuatan apa menyeimbangkan irama itu. irama nuansa bening yang hanya dapat didengar oleh beberapa kumpulan camar yang beterbangan.

seperti berada pada kota mati. aku di ujung kota yang tak tau mana jantungnya. dulu, aku sempat mengarahkan telunjukku untuk menjejakkan kaki sesuai dengan keinginanku. merasakan betapa nikmatnya berada pada sekumpulan orang yang berbeda. dan dengan konsekuensi jauh dari orang-orang terdekatku. ya, bagaikan tukik, yang selalu ditinggal pergi oleh induknya. tapi bukan salah bunda mengandung. itulah kehidupan. kehidupan selalu mengajari kita bahwa kita harus berdiri di atas kaki kita sendiri. membuat jejak atas kehidupan kita sendiri. tak bergantung pada orang lain. karena semuanya pun akan dipertanggungjawabkan oleh diri kita sendiri ketika kita ditanyai nanti.


dan sekarang, setelah semuanya berada dalam genggaman tanganku. kenapa aku harus ragu?. aku gamang. keyakinan yang harus sedikit bergeser karena kepatuhan. aku akhirnya memberanikan diri untuk beralih ke arah yang mereka tunjuk. untuk kebahagiaan mereka. aku berkorban.

ketika kutemukan sepi di kotaku, aku tahu ada jalan lain yang harus kulakukan untuk meramaikan kotaku. meski harus dengan tinta hitam. tapi aku bisa menemukan lembar kertas putih untuk menuliskan. aku tahu tidak harus semua jejak tertulis dengan tinta emas. ada kalanya aku harus menorehkan tinta yang tak pernah kukira sebelumnya warnanya. dan aku yakin, selalu ada alasan atas semua yang kita lakukan. dan alasanku atas sepi yang kini berada disini, hanya satu. karena aku harus selalu mencintai dan merindukan mimpi-mimpiku.

karena meraih mimpiku, sama saja melukis sabit di hati mereka, orang-orang terdekatku. yang selalu menungguku di garis finish. yang selalu menengadahkan tangannya untuk mendoakanku.

aku tak akan pernah menyia-nyiakan perjuangannya.

hey, sepi, tetaplah kau bergerak. dan aku kaan tetap bergerak. hingga kau enyah dari bayanganku.



"based on true story"


_khalifa rafa az-zahra_


from my best friend

Setetes Tinta Semangat (Bagian Kesembilan)

"Jangan merisaukan apa yang sudah dijanjikan Allah kepada kita. tetapi risaukanlah jika kita lalai menjalankan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita" (Imam Ibnu Athaillah_Kitab Al Hikam)








"Ukhuwah itu seutuhnya tentang rindu, yang membuat selalu tak sabar untuk bertemu, membuat terasa rugi jika tak berbagi. Ini adalah tentang hati yang terikat. tentang doa-doa yang saling bertaut. Ia adalah tulus yang menjelma. Ia terasa rumit tuk diungkap namun nyata dalam kata sederhana. Ia dalam tuk diselami, karena ia adalah iman yang berupa makna."


_Khalifa Rafa Azzahra_

Setetes Tinta Semangat (Bagian Kedelapan)


The Magic Power of Words
That you may be strong be a craftman in speech for the strength of one is the tongue, and the speech is mightier than all fighting.
-Ptahhotep, written 5.000 years ago
Saya yakin anda pasti tahu atau mengenal kata afirmasi (affirmation). Affirmation, kalau menurut kamus elektronik Encarta mempunyai makna ”declare something to be true: to declare positively that something is true” (menyatakan sesuatu sebagai hal yang benar) atau ”declare support for something: to declare support or admiration for somebody or something”(menyatakan dukungan terhadap seseorang atau sesuatu).
Afirmasi sangat populer digunakan sebagai alat untuk memprogram ulang pikiran kita. Saya juga membahas mengenai hal ini pada artikel sebelumnya. Dalam kesempatan ini saya ingin mengulas afirmasi dengan cara yang agak berbeda. Saya membahas afirmasi sebagai bagian dari komunikasi kita sehari-hari baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Apa maksudnya?
Selama ini kita telah ”terprogram” bahwa afirmasi adalah kalimat yang kita pilih secara khusus untuk kita baca berulang-ulang, seperti layaknya mantra, agar dapat mempengaruhi pikiran kita. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perubahan pada diri kita.
Kita, selama ini, jarang memperhatikan pilihan kata yang kita gunakan saat kita berkomunikasi. Coba anda renungkan sejenak. Bagaimanakah pola komunikasi anda selama ini. Apakah saat suatu bentuk pikiran (thought) muncul di pikiran (mind) anda langsung bicara ataukah anda memperhatikan dengan saksama pilihan kata yang anda gunakan?
Mengapa kita perlu hati-hati dalam memilih kata? Setiap kata mempunyai kekuatan dalam memprogram pikiran kita. Kata yang kita gunakan ini, suka atau tidak, sebenarnya adalah adalah afirmasi yang sangat dahsyat efeknya. Kata yang kita gunakan, secara sadar atau tidak, menentukan level dan kualitas berpikir kita. Saya teringat saat membaca Bagavadgita. Saat itu Arjuna bertanya kepada kusir kereta kudanya,”Bagaimana cara yang paling efektif untuk mengetahui kualitas seorang manusia?” 
Sang kusir, yang sebenarnya adalah penjelmaan dari Wisnu, dengan bijak menjawab, ”Apa yang keluar dari mulut seseorang menentukan kualitas kepribadiannya.”
Nah, sebelum saya lanjutkan, coba rasakan di hati anda apa perasaan yang muncul saat saya berkata, ”Cinta”, ”Sukses”, ”Bahagia”,”Kasih Sayang”,”Tenang”,”Indah”, ”Damai”,”Pengorbanan”,”Benci”, ”Bangsat”, ”Jahanam”, ”Diperkosa”.
Bisakah anda merasakan bedanya? Untuk lebih jelas merasakannya coba anda baca satu kata lalu tutup mata anda dan ulangi kata itu di dalam hati. Setelah itu baca kata lainnya lagi.
Bila anda melakukan dengan sungguh-sungguh maka di hati anda pasti akan muncul perasaan yang sejalan dengan kata yang anda ucapkan. Pertanyaannya sekarang adalah,”Mengapa hanya dengan mengucapkan suatu kata kita langsung merasakan suatu emosi?” 
Pikiran kita bekerja bukan berdasarkan kata-kata. Pikiran bekerja dengan menggunakan gambar. Saat suatu kata kita ucapkan atau pikirkan maka pikiran akan langsung mengubah kata itu menjadi suatu gambar, di dalam pikiran kita, yang sejalan dengan pengalaman hidup kita, yang berhubungan dengan kata itu.
Misalnya? Ambil kata ”Cinta”. Saat kita mengucapkan atau memikirkan kata ”Cinta” maka pikiran kita akan mengubahnya menjadi gambar ayah atau ibu, istri atau anak, pacar, gambar hati, hari pernikahan, saat-saat indah pacaran, atau mungkin mantan kekasih. Selanjutnya gambar ini membangkitkan emosi yang terkait dengannya. Selanjutnya emosi ini akan membangkitkan emosi lainnya. Demikian selanjutnya. 
Contoh lainnya? Coba rasakan bedanya efek kata ”Mati”,”Tewas”,”Wafat”,”Mangkat”, ”Meninggal”, dan ”Mampus”. Bisa anda rasakan bedanya? Meskipun semuanya mempunyai makna yang sama namun efeknya di pikiran dan perasaan berbeda
Dengan memahami dan menyadari bahwa setiap kata mempunyai pengaruh yang begitu dahsyat maka kita harus benar-benar hati-hati memilih kosa kata.
Contoh saya di atas adalah kata yang berdiri sendiri. Bagaimana kalau sudah dirangkai menjadi kalimat? Wah ini jauh lebih dahsyat lagi efeknya. Coba, sekali lagi, anda rasakan di hati anda perbedaan kalimat berikut ini:
1. Massa menghakimi pencuri ayam hingga tewas
2. Massa menghajar pencuri ayam hingga tewas
3. Massa menganiaya pencuri ayam hingga tewas
4. Massa menyiksa pencuri ayam hingga tewas
Efek perasaan negatip ini akan lebih kuat bila anda membaca setiap kalimat dengan sungguh-sungguh dan menggunakan intonasi atau tekanan suara.
Sekarang, saya perlu menetralisir perasaan negatip di hati anda, karena membaca kalimat-kalimat di atas dengan perasaan positip. Coba rasakan kalimat berikut: ” Cinta kasih Ibu begitu tulus, hangat, dan tanpa syarat mengisi relung hati dan jiwaku, menguatkan dan sekaligus meneguhkan hatiku. Terima kasih Ibu.” 
Setiap kata atau kalimat yang memberikan pengaruh negatip, karena membangkitkan emosi negatip, harus kita hindari. Mengapa? Emosi negatip ini sangat merugikan diri kita karena bersifat sebagai lintah energi. Emosi negatip ini akan menguras energi psikis kita. Satu prinsip emosi yang jarang orang perhatikan adalah bahwa emosi, baik positip maupun negatip, akan semakin kuat bila sering diakses atau dirasakan.
Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini. Pertama, kita memilih kosa kata dengan saksama dan bijak. Pilihlah kosa kata yang mempunyai efek positip. Kalaupun terpaksa menggunakan kata yang agak negatip maka kita perlu menyatakannya dengan cara yang positip. Misalnya anda merasa tersinggung. Daripada berkata ”Saya tersinggung atas pernyataannya” anda akan lebih positip bila berkata ”Saya kurang setuju dengan pernyatannya”. Kalimat kedua selain lebih positip karena tingkat intensitas emosinya lebih rendah juga lebih intelek. Kalau anda kurang setuju maka anda pasti punya alasan sehingga bisa terjadi diskusi atau komunikasi yang konstruktif. Kalau anda tersinggung maka anda dikuasai emosi sehingga sulit berpikir jernih.
Kedua, kita mengurangi atau kalau bisa menghindari sama sekali membaca berita-berita negatip. Ketiga, menghindari berita televisi yang negatip. Keempat, menghindari kawan atau lingkungan yang negatip, yang sudah tentu banyak menggunakan kosa kata negatip.
Selain mengurangi atau menghindari yang negatip kita perlu memperbanyak pemakaian kosa kata positip yang mempunyai efek kuat. Rasakan bedanya kalimat ini, ”Pikiran saya tenang” dan ”Pikiran saya damai”,”Saya suka baca buku” dan ”Saya sangat menikmati membaca buku”. 
Oh ya, selain perlu hati-hati memilih kosa kata kita juga perlu mengembangkan perbendaharaan kata. Semakin banyak kosa kata seseorang biasanya semakin baik kemampuannya mengutarakan isi hati dan pikirannya. Dengan demikian akan semakin efektif ia melakukan afirmasi, komunikasi dengan diri sendiri maupun dengan orang lain, yang tentunya berpengaruh dalam memprogram pikirannya.
Bagaimana caranya? Ya, banyak-banyaklah membaca dan belajar. Anda harus, saya menggunakan kata “harus” bukan sebaiknya, mempunyai KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu anda perlu memiliki kamus bahasa Inggris. Minimal English-Indonesia. Akan lebih baik lagi kalau punya English-English Dictionary.
Saya menutup artikel ini dengan pertanyaan,”Sudahkah anda memiliki kamus bahasa, khususnya KBBI?” 

_Adi W Gunawan_

Setetes Tinta Semangat (Bagian Ketujuh)


Success is a Journey

The Ultimate success is the journey to the center of self to manifest the I.
-Adi W. Gunawan
Weekend kemarin saya berbicara di forum IMC (Indonesia Millionaire Club) di Jakarta. Satu kebahagiaan tersendiri saat bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai esensi transformasi diri kepada sekitar 500 peserta yang sangat antusias mendengar uraian saya.
Salah satu pertanyaan yang saya ajukan pada peserta adalah, “Mengapa kecepatan pencapaian keberhasilan setiap orang berbeda? Padahal mereka membaca buku yang sama, datang ke seminar yang sama, mendengarkan kaset motivasi yang sama, menonton video seminar yang sama, konsultasi pada pakar yang sama, dan menetapkan target yang sama?” 
Pembaca, anda mungkin juga akan mengajukan pertanyaan yang sama saat melihat kawan anda berkembang jauh lebih cepat dari diri anda. Padahal resource yang digunakan semuanya sama. Mengapa bisa terjadi seperti ini? 
Pernahkah anda sendiri mengalami atau melihat kawan anda yang sekian lama berusaha namun belum juga berhasil. Namun pada suatu saat, secara tiba-tiba dan ajaib, anda atau kawan anda langsung melejit ke puncak tangga sukses. Seakan-akan sukses itu begitu mudah dicapai. Pernah mengalami atau melihat kawan yang seperti ini? 
Banyak orang datang ke seminar atau membaca buku dengan harapan bisa segera sukses. Saya juga demikian, dulunya. Saya sangat berharap agar begitu selesai menghadiri suatu seminar saya langsung ”berubah” dan langsung bisa sukses. Hmm.... ternyata hidup tidak seperti ini. Semua butuh proses. Semua ada waktunya. Ada hukum alam yang dinamakan dengan Hukum Proses. Sukses tidak semudah membalik telapak tangan namun juga semudah membalik telapak tangan.
Bagi anda yang kritis anda pasti akan berkata, ”Pak, pernyataan anda di atas mencerminkan belief system anda mengenai sukses. Karena pada level yang lebih dalam (deep structure) ada konflik dalam diri anda. Yang satu mengatakan bahwa sukses itu tidak mudah sedangkan satu bagian lagi mengatakan sukses itu mudah. Pernyataan anda bersifat paradoks atau saling bertentangan”.
Wah, anda sudah semakin ciamik dan lihay menganalisis tulisan saya. Jangan khawatir, saya tidak mengalami inner conflict. Uraian saya di bawah ini akan menjelaskan semuanya.
Apa maksud saya dengan sukses tidak semudah membalik telapak tangan dan semudah membalik telapak tangan? 
Saya misalkan sukses itu sebagai garis bilangan yang diletakkan secara vertikal. Titik start adalah di angka 0 (nol) dan angka 10 adalah sukses. Nah, kebanyakan dari kita tidak menyadari atau tidak tahu di mana posisi kita saat kita memulai proses perjalanan, secara sadar, untuk menuju sukses.
Jika kita memulai perjalanan dari titik 0 (nol) maka sukses tidak terlalu sulit untuk dicapai. Apalagi bila kita memulai dari angka 2 atau 3. Semakin ke atas, angkanya, maka semakin mudah kita untuk sukses. Mengapa bisa begini? Karena secara mental, emosional, dan psikis kita siap. Sampai di sini saya belum bicara aspek spiritual, lho. Sukses akan semakin mudah dicapai apabila kita memasukkan variabel spiritual ke dalam proses pencapaian. Anda bisa lihat hubungan tulisan ini dengan artikel saya sebelumnya? 
Lalu bagaimana dengan orang yang telah berusaha keras namun kok nggak juga bisa berhasil? Saya koreksi ya pernyataan di atas. Yang benar bukan ”nggak bisa” tapi ”belum bisa”.
Banyak orang yang, karena salah programming sebagai akibat dari proses pendidikan, pengajaran, pengasuhan, pengembangan sikap, cara berpikir, mental, dan emosional yang salah, memulai proses pendakian tangga keberhasilan bukan dari titik 0 (nol) atau pada angka yang positif, misalnya 1,2,3 atau 4.
Umumnya mereka memulai proses perjalanan sukses dari titik di bawah angka nol atau minus. Bisa dari -2, -3, -4, atau bahkan – 10. Hal ini menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang telah berusaha keras namun kok belum sukses.
Sebenarnya mereka telah mulai merealisasikan sukses dalam diri mereka. Mereka mulai bergerak dari titik minus ke titik nol, titik awal sukses yang sesungguhnya, titik yang menjadi base line atau ground zero keberhasilan. Sudah tentu dibutuhkan upaya keras untuk bisa naik ke titik nol.
Apa yang saya uraikan di atas merupakan intisari dari pepatah indah dalam bahasa Inggris yang berbunyi “Winners never quit and quitters never win”. Orang gagal bukan karena mereka tidak bisa sukses namun karena mereka berhenti mencoba. Mereka merasa tidak mencapai hasil apapun. Padahal proses transformasi diri sedang berlangsung dalam diri mereka. 





Pertanyaannya sekarang adalah apa sih sebenarnya yang membuat seseorang berada di daerah minus, di bawah titik nol?
Dalam berbagai kesempatan saya sering bicara tentang program pikiran yang salah, mental block, pengalaman negatif yang traumatik, belief system dan value yang menghambat pencapaian prestasi, asumsi sukses yang salah, emosi-emosi negatif, dan masih banyak lagi. Sebenarnya yang saya sampaikan pada berbagai kesempatan itu merujuk pada satu hal yang sama yaitu ”sesuatu” yang menghambat pencapaian tujuan. Singkat kata, program-program pikiran yang menghambat pencapaian prestasi hidup.
Sekarang coba anda perhatikan apa yang saya tulis pada artikel sebelumnya ”Energi Psikis Sebagai Akselerator Keberhasilan”. Biar mudah, berikut saya kutipkan jenis emosi yang berada di bawah baseline keberanian/courage (200). Emosi-emosi itu adalah rasa malu/shame (20), rasa bersalah/guilt (30), apatis/apathy (50), kesedihan mendalam/grief (75), takut/fear (100), keinginan/desire (125), marah/anger (150), bangga/pride (175).
Agar anda mudah memahami maksud saya maka saya akan memberikan contoh ekstrim, yang memang benar-benar terjadi pada diri seorang wanita, sebut saja Ani. Ani merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia merasa sangat sulit untuk berkembang walaupun telah berusaha keras. Apa sih yang menghambat diri Ani dalam mencapai sukses?
Melalui proses terapi yang intens akhirnya ditemukan bahwa Ani, pada masa kecilnya, mengalami sexually abused. Emosi negatif dari pengalaman yang sangat traumatik ini muncul dalam bentuk perasaan malu, perasaan bersalah, perasaan diri tidak berharga, perasaan takut, insecurity, sedih, marah, keinginan untuk membalas dendam namun tidak berdaya. Jika anda lihat skala pada Peta Kesadaran di atas maka semua emosi negatif ini berada di bawah base line courage/keberanian.
Ani berada jauh di bawah titik nol. Entah minus berapa. Mungkin bisa minus 50 atau bahkan minus 100. Tidak ada cara lain untuk bisa membantu Ani segera naik ke titik nol kecuali melalui terapi yang intensif. Ani, bila tidak diterapi secara benar sehingga semua beban emosi dari pengalaman traumatik ini bisa di-release total, tidak mungkin akan bisa berhasil dalam hidupnya. Semua emosi negatif ini menjadi excess baggage atau beban yang selalu ia bawa dalam hidupnya.
Apa akibat pengalaman traumatik ini pada perilaku keseharian Ani? Ani adalah orang yang rendah diri, pemalu, tidak percaya diri, tidak berani bergaul, jarang keluar rumah, hampir tidak punya teman, tidak punya kawan pria padahal usianya sudah lebih dari 35 tahun, merasakan hidupnya hampa, tidak antusias, merasa dirinya ”kotor”, dan tidak berani bila harus mengambil sikap tegas dan keras. Dengan kondisi seperti ini kira-kira kalau hanya ikut seminar dan baca buku apakah Ani bisa berubah dengan cepat?
Sekarang anda jelas dengan maksud saya? Kalau mental block seseorang tidak terlalu berat maka cukup dengan sering membaca buku, konsultasi, mendengar kaset, ke seminar, bersikap yakin, dan membentuk kebiasaan baru secara sadar, maka block ini pasti dapat diatasi. Kita, secara perlahan tapi pasti, mulai naik dari titik minus ke titik nol.
Saya menerima banyak email dan sms dari para pembaca buku dan artikel saya. Pada umumnya mereka meminta saya membantu membereskan mental block mereka agar mereka bisa segera sukses, menjadi money magnet. Saya hanya bisa memberikan jawaban bahwa sukses adalah suatu perjalanan dan membutuhkan proses. Semua bergantung pada titik start setiap orang.
Malah ada juga peserta workshop saya yang bertanya, ”Pak, kalau saya ikut workshop yang Pak Adi selenggarakan, apakah Bapak berani memberikan jaminan bahwa saya pasti bisa sukses? Apakah ada ”money back guarantee”? Apakah Bapak berani memberikan jaminan bahwa workshop Pak Adi akan mampu merevolusi kondisi finansial saya?”
Saya tidak bisa memberikan janji bahwa workshop saya mampu merevolusi kondisi finansial anda. Mengapa? Apakah saya tidak yakin dengan program yang saya buat? Oh, sudah tentu saya sangat yakin akan kedahsyatan program yang saya buat. Namun, sama seperti saat saya menerima klien untuk terapi, saya tidak pernah menjanjikan kesembuhan. Saya hanya sebagai Re-Educator dan Mind Navigator. Saya me-reedukasi pikiran bawah sadar klien dan hanya menunjukkan jalan. Klien atau peserta workshop yang harus melakukan kerjanya.
Benar, memang ada banyak peserta yang begitu selesai workshop bisa langsung mengalami peningkatan finansial secara dramatis. Sebaliknya ada juga yang mengakui bahwa secara finansial mereka belum mencapai hasil yang mereka inginkan. Mengapa bisa begini? Ya itu tadi. Titik start setiap orang tidak sama.
Namun satu hal yang pasti adalah mereka semua mengalami proses transformasi diri yang luar biasa. Bahkan ada yang mengalami peningkatan spiritual yang sangat menakjubkan.
Saya perlu mengungkapkan hal ini dengan jujur dan apa adanya. Saya melihat proses perubahan diri dari sudut pandang seorang terapis, bukan sekedar seorang motivator. Saya ingin anda, para pembaca, menyadari bahwa semua membutuhkan proses. Semua yang terlihat instan sebenarnya adalah akibat atau hasil dari suatu proses yang panjang.
Dari pengalaman saya menangani cukup banyak klien dan dari berbagai literatur yang saya pelajari, khususnya yang berhubungan dengan terapi dan transformasi diri, saya sampai pada satu kesimpulan dan keyakinan bahwa semua program pelatihan, apabila hanya bermain pada level pikiran sadar, maka impact atau pengaruh program itu dalam memfasilitasi proses perubahan dalam diri seseorang akan sangat minim.
Program pelatihan yang benar-benar cespleng, meminjam istilah sobat saya mas Edy Zaqeus, adalah program yang dirancang untuk mampu memfasilitasi proses transformasi diri pada dua level sekaligus yaitu pada level sadar (conscious) dan bawah sadar (subconscious).
Carl Jung dengan sangat gamblang menjelaskan esensi perubahan diri hanya dalam satu kalimat saat ia berkata, ”Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call itu fate.”
 _ADI W GUNAWAN_

Setetes Tinta Semangat (Bagian Keenam)







Rule Your Mind Or It Will Rule You    spc_eee1spc_eee1spc_eee1spc_eee1spc_eee1
”Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk”

Buddha

Pikiran merupakan hamba yang sangat berguna namun merupakan majikan yang paling kejam. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dengan pikiran anda. Berita baiknya, sebelum saya menjelaskan maksud pernyataan di atas, adalah bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk di dunia ini yang memiliki kemampuan berpikir mengenai proses berpikir. Istilah teknisnya adalah metakognisi. Berita buruknya adalah bahwa sangat banyak orang yang tidak sadar, tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau bahkan tidak mau tahu bahwa mereka sebenarnya memiliki kemampuan ini. Dan oleh sebab itu mereka tidak pernah sadar bahwa seumur hidup mereka telah menjadi budak atau hamba dari pikiran mereka sendiri.
Apapun yang terjadi di dalam hidup kita merupakan realisasi dari pikiran kita yang dominan. Semakin kita memikirkan hal yang tidak kita inginkan, maka kita semakin cenderung mendapatkannya. Ada seorang remaja putri, yang tidak suka dengan tingkah laku ibunya dan berkata, ”Nanti, kalau saya dewasa, saya tidak akan jadi seperti ibu saya.” Apa yang terjadi saat ia dewasa? Ia menjadi persis seperti ibunya. Mengapa? Karena semakin ia pikirkan bahwa ia tidak mau menjadi seperti ibunya, maka pikiran ini menjadi semakin dominan, semakin menguasai dirinya, dan dengan demikian mengarahkan ia untuk menjadi seperti ibunya.

Demikian juga orang gagal, yang pencapaian prestasi hidupnya rendah. Coba anda tanyakan pada mereka, ”Apa yang anda ingin capai dalam hidup?” Mereka akan selalu berkata, ”Saya ingin agar hidup saya tidak kekurangan, tidak miskin, tidak susah, tidak menderita, tidak ini...., tidak itu.....” Yang mereka katakan selalu apa yang tidak mereka ingin terjadi pada diri mereka. Namun yang tidak mereka sadari adalah semakin mereka fokus untuk menghidari apa yang tidak mereka inginkan maka pikiran mereka akan semakin membuat hal itu menjadi kenyataan.
Sebaliknya kalau orang sukses ditanya, ”Apa yang anda ingin capai dalam hidup?” maka mereka pasti akan menjawab, ”Saya ingin menjadi pengusaha sukses, saya ingin membantu orang yang tidak mampu dengan kekayaan saya, saya ingin mendirikan panti asuhan, saya ingin menyekolahkan anak ke luar negeri, saya ingin......., saya ingin........” Semua jawaban itu selalu yang positip. Anda bisa lihat bedanya sekarang?
Anda mungkin akan bertanya, ”Mengapa terjadi perbedaan hasil antara orang gagal dan orang sukses, padahal mereka memikirkan tujuan yang sama?” Sebelum saya jawab, saya perlu meralat pertanyaan anda. Mereka memang terkesan memikirkan hal yang sama, padahal tidak sama. Bukankah tidak mau hidup miskin sama dengan hidup dalam kelimpahan? Bukankah hidup tidak menderita sama dengan hidup senang atau bahagia? Secara bahasa, apa yang mereka nyatakan memang artinya sama. Tapi secara kerja pikiran, kedua pernyataan itu bertolak belakang. Lho, koq bisa?

Sekarang saya ingin bermain dengan pikiran anda sejenak. Coba anda lakukan hal berikut ini. Saya ingin anda untuk tidak memikirkan seekor gajah warna merah muda. Sekali lagi, saya minta anda tidak memikirkan gajah warna merah muda. OK! Berhenti sejenak. Lakukan eksperimen kecil ini. Setelah itu baru anda boleh meneruskan membaca.
Bila anda melakukan dengan benar apa yang saya minta maka pikiran anda malah memikirkan seekor gajar warna merah muda. Mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah perintahnya tadi adalah anda diminta tidak memikirkan gajah merah muda?
Inilah perbedaan kerja bahasa dan kerja pikiran. Secara struktur kalimat, instruksi yang saya berikan sudah benar. Namun tidak demikian bila instruksi ini mau dilaksanakan oleh pikiran. Bahasa mengenal negasi. Pikiran tidak. Kalimat ”tidak memikirkan” secara kaidah bahasa memang berarti ” tidak boleh memikirkan atau jangan memikirkan”. Namun di pikiran, untuk bisa menegasi suatu pernyataan maka yang terjadi adalah harus terlebih dahulu muncul ”sesuatu” untuk kemudian dinegasi.

Dalam contoh yang saya berikan, untuk bisa ”tidak memikirkan gajah merah muda”, maka yang terjadi di pikiran adalah:
1. pikiran harus memunculkan gambar gajah warna merah muda
2. baru setelah itu pikiran akan menegasi gajah merah muda
Namun, begitu gambar gajah merah muda telah muncul di pikiran maka efek negasi tidak berlaku. Artinya, gambar gajah merah muda itu akan tetap berada di dalam pikiran. Semakin dominan pikiran itu maka semakin kuat pengaruhnya pada diri seseorang.
Hal ini sama efeknya dengan orangtua yang ”memotivasi” anaknya, yang malas belajar, dengan kalimat, ”Nak, jangan malas. Kalau malas kamu nggak bisa sukses”. Apa yang terjadi? Anaknya justru tambah malas dan tambah sulit sukses. Demikian juga saat orangtua mendorong anak untuk rajin bangun pagi dengan, ”Kalau bangun jangan suka telat. Jangan suka bangun siang. Nanti bisa telat masuk sekolah.” Apa yang terjadi? Anaknya tetap bangunnya telat. Mengapa bisa demikian?
Komunikasi mengandung tiga hal. Pertama adalah ide, kedua adalah gambaran mental, dan yang ketiga adalah emosi. Saat orangtua berkata jangan bangun telat, maka ini adalah ide. Selanjutnya dalam pikiran akan muncul gambar orang yang bangun telat. Setelah itu muncul emosi. Kalau emosi yang muncul adalah ia merasa enak kalau tidur sampai siang, maka kebiasaan ini akan semakin kuat.

Untuk dapat benar-benar bisa mengendalikan pikiran kita harus menyadari bahwa kita dan pikiran kita adalah dua hal yang berbeda. Dengan kata lain, kita menggunakan pikiran namun pikiran bukanlah diri kita. Diri kita adalah sebuah kesadaran yang menggunakan pikiran sebagai alat untuk menghasilkan buah pikir. Kesadaran ini merupakan langkah awal untuk mengendalikan pikiran. Untuk mudahnya anda cukup mengingat tiga hukum pengendalian pikiran berikut:
Hukum pengendalian pikiran yang pertama berbunyi: Buat pikiran anda memikirkan apa yang anda ingin pikirkan.
Pikiran selama ini telah dengan sangat bebas memikirkan apapun yang ”ia” inginkan. Dengan demikian selama ini pikiran yang mengendalikan diri anda. Sekarang, setelah menyadari hal ini, anda perlu membalik prosesnya, kenali bahwa pikiran hanyalah merupakan suatu aktivitas, yang dapat berjalan sesuai dengan keinginan anda. Untuk dapat mengendalikan pikiran, anda harus disiplin dalam menjalankan hukum pertama ini. Belajarlah untuk mengatur pikiran seperti anda menjalankan sebuah mesin. Anda dapat menyalakan atau mematikan menurut keinginan anda.
Hukum pengendalian pikiran yang kedua berbunyi: Buat pikiran anda berpikir saat anda menginginkannya berpikir dan berhenti berpikir saat anda menginginkannya berhenti.

Bagi kebanyakan orang pikiran mereka dapat melakukan apa saja, meskipun tanpa persetujuan mereka, sehingga pikiran yang menentukan apa yang akan ia pikirkan. Akibatnya, pikiran yang muncul sering kali tidak terkendali dan mengakibatkan pikiran yang kacau. Untuk mengatasi hal ini anda harus bisa menjadi tuan dari pikiran anda, bukan sebaliknya. Gunakan pikiran saat anda ingin menggunakannya dan tidak menggunakannya saat anda tidak ingin menggunakannya. Dengan kata lain, anda harus belajar untuk bisa membuat pikiran menjadi tenang saat anda menginginkannya tenang.
Hukum pengendalian pikiran yang ketiga berbunyi: Menjadi pengamat dari pikiran yang anda pikirkan.

Semakin ahli anda dalam memainkan peran sebagai pengamat dalam mengamati pikiran maka anda akan semakin mampu menguasai pikiran. Mainkan peran pengamat dalam setiap bentuk kegiatan mental yang anda lakukan. Jadikan hal ini sebagai sebuah kebiasaan. Bila anda mampu menjadikan peran pengamat sebuah kebiasaan, maka kebiasaan ini akan sangat membantu mengembangkan kemampuan persepsi anda. Selanjutnya anda akan mampu mengendalikan pikiran dan berpikir secara sadar.
Pada mulanya, keadaan pikiran orang pada umumnya relatif tidak terstruktur, obyektif, fleksibel, dan terbuka terhadap pengalaman belajar baru. Seiring berjalannya waktu, kondisi ini perlahan tapi pasti berubah menjadi semakin kaku, bias, dan sulit menerima persepsi, pembelajaran, atau respon yang tidak dapat diterima oleh struktur sebelumnya. Pada akhirnya, seluruh ruang lingkup kesadaran pikiran sadar didikte dan tunduk pada kerangka berpikir yang tadinya dibentuk sebagai landasan untuk mengembangkan kemampuan berpikir itu sendiri.
Pikiran sadar atau rasional sebenarnya merupakan pikiran yang paling tidak rasional. Mengapa demikian? Pikiran rasional, berdasarkan kesan yang diterimanya melalui perspektif yang terbatas, membentuk struktur-struktur yang kemudian menentukan apa yang akan diterima dan ditolaknya secara bebas. Mulai saat itu tidak peduli bagaimana dunia berjalan, pikiran rasional akan mengikuti aturan yang diciptakannya sendiri dan mencoba memaksa dunia mengikuti aturan itu. Celakanya lagi, kita menggunakan pikiran sadar untuk berpikir, menganalisis, mensistesis, dan mengevaluasi.

Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan satu kutipan favorit saya sebagai berikut:
”I think, therefore I am”
Descartes
Bila diterjemahkan bebas artinya ”Saya berpikir, maka saya ada”. Sebaliknya ada pihak yang menentang pendapat Descartes dengan beragumentasi, “Saya ada, maka saya bisa berpikir”.
Nah, pertanyaan saya pada anda, manakah yang benar ”Saya berpikir, maka saya ada”, ataukah ”Saya ada, maka saya bisa berpikir”?
Selamat berpikir !!

_Adi W Gunawan_