Minggu, 05 Juni 2011

Catatan Tinta Sahabat "ketika kutemukan sepi di kotaku"

aku tak tau harus dimana bermula. apakah seperti sebuah angka yang harus bermula pada angka 1 dan berakhir di sebuah tujuan yang tanpa akhir. alias tak terhingga. ataukah pada sebuah huruf A, dan berakhir di Z. jelas dan tak akan melewati batas. akan tetapi, yang kurasakan kini berbeda dengan yang kurencanakan sebelumnya. ah..wanita memang selalu saja menulis tentang rasa. sekali saja, aku tak akan menulis soal rasa.

ini soal harga diri. ya, harga diri sebagai seorang anak. taruhlah analoginya seperti anak kura-kura. seekor tukik yang ingin mencapai bibir pantai. membiarkan tubuh kecilnya berlomba dengan desau angin pantai. tukik itu berlari, entah kekuatan apa yang sedang melingkupinya, tapi satuhal yang ia inginkan. ia ingin mencapai ombak. ia ingin ombak menelan tubuhnya. dan akhirnya ombak merangkulnya, membawa dari garis pantai menuju ke kedalaman samudra. dan ia berenang. entah perjuangan itu bermula dari apa dan akan berakhir dimana.


samudra itu kini terasa sepi. sunyi melingkupi. bahkan ombak yang deras menerjang pun begitu hambar. ada yang hilang di persimpangan jalan. saat nyanyian ombak dan buih tak jadi satu jalan. tak bisa mengarah. entah harus dengan kekuatan apa menyeimbangkan irama itu. irama nuansa bening yang hanya dapat didengar oleh beberapa kumpulan camar yang beterbangan.

seperti berada pada kota mati. aku di ujung kota yang tak tau mana jantungnya. dulu, aku sempat mengarahkan telunjukku untuk menjejakkan kaki sesuai dengan keinginanku. merasakan betapa nikmatnya berada pada sekumpulan orang yang berbeda. dan dengan konsekuensi jauh dari orang-orang terdekatku. ya, bagaikan tukik, yang selalu ditinggal pergi oleh induknya. tapi bukan salah bunda mengandung. itulah kehidupan. kehidupan selalu mengajari kita bahwa kita harus berdiri di atas kaki kita sendiri. membuat jejak atas kehidupan kita sendiri. tak bergantung pada orang lain. karena semuanya pun akan dipertanggungjawabkan oleh diri kita sendiri ketika kita ditanyai nanti.


dan sekarang, setelah semuanya berada dalam genggaman tanganku. kenapa aku harus ragu?. aku gamang. keyakinan yang harus sedikit bergeser karena kepatuhan. aku akhirnya memberanikan diri untuk beralih ke arah yang mereka tunjuk. untuk kebahagiaan mereka. aku berkorban.

ketika kutemukan sepi di kotaku, aku tahu ada jalan lain yang harus kulakukan untuk meramaikan kotaku. meski harus dengan tinta hitam. tapi aku bisa menemukan lembar kertas putih untuk menuliskan. aku tahu tidak harus semua jejak tertulis dengan tinta emas. ada kalanya aku harus menorehkan tinta yang tak pernah kukira sebelumnya warnanya. dan aku yakin, selalu ada alasan atas semua yang kita lakukan. dan alasanku atas sepi yang kini berada disini, hanya satu. karena aku harus selalu mencintai dan merindukan mimpi-mimpiku.

karena meraih mimpiku, sama saja melukis sabit di hati mereka, orang-orang terdekatku. yang selalu menungguku di garis finish. yang selalu menengadahkan tangannya untuk mendoakanku.

aku tak akan pernah menyia-nyiakan perjuangannya.

hey, sepi, tetaplah kau bergerak. dan aku kaan tetap bergerak. hingga kau enyah dari bayanganku.



"based on true story"


_khalifa rafa az-zahra_


from my best friend

Tidak ada komentar:

Posting Komentar