Kamis, 07 Juli 2011

Catatan Tinta Sahabat (Ketika Kata-Kata itu Terucap)



Seperti mentari mencintai siang, seperti itu pula bulan mencintai malam. Namun ada kalanya sang bulan tak bisa menemani malam dan harus diwakilkan oleh bintang. Aku tak pernah berpikir aku akan menjadi bagian dari siang, ataupun malam. Karena keduanya bagiku sama saja. Membutuhkan sebuah pelengkap, yang membuat warna hari bermakna. Seperti itu juga aku menjalani semuanya.

Akan kuceritakan sedikit tentang dia. Seseorang yang telah menjadi mentari pada setiap siangku dan bulan pada malam-malamku.

Apakah kau tau berapa lembar buku yang menuliskan beribu kisahku? Mungkin akan dapat menyaingi cinta fitri yang sudah beratus-ratus episode. Kisahku hingga saat ini belum berhenti. Dan aku tak pernah mengharapkan kisah ini terhenti sebelum aku bisa menuliskan sebuah akhir yang indah sebagai endingnya.


Keraguan selalu membersamai perjalananku dengannya. Dan pertemuan-pertemuan yang kurangkai dengannya semakin membuat jarak. Yang entah. Membuat jejak rindu atau malah jengah. Bahkan sempat aku ingin mengakhiri kisahku dengannya. Aku terlampau lelah dengan hubungan yang tak berujung. Sekedar pengisi kekosongan antara masing-masing pihak yang tak bisa merampungkan rasa. Jujur aku bingung, beberapa temanku menyarankan agar aku mengakhiri semua ini. Mungkin mereka sangat menyayangiku, hingga tak menginginkan aku terluka. Tapi dari awal aku tahu, bahwa cinta memang penuh dengan cerita. Mempelajari cinta berarti aku lebih mengenal airmata. Dan mempelajari cinta berarti aku juga siap terluka. Itulah konsekuensi dari semuanya, hingga akhirnya di waktu yang tak pernah kusadari sebelumnya, dia benar-benar mengeluarkan sebuah kata yang bagiku_kata itulah yang diharapkan oleh seorang wanita dalam sebuah hubungan. Sebuah kata yang mampu meluluhlantakkan hatiku. Sebuah kata yang mampu membuat suaraku bergetar, tertahan, tergoncang, lantas aku pun terdiam. Sungguh, entah datang kekuatan dari mana hingga dia bisa mengatakan “maukah kamu menikah denganku?”

Dan bagi orang yang biasa sepertiku, menjalani hubungan seperti orang kebanyakan adalah hal yang wajar. Aku butuh memahami seorang yang nantinya akan menjadi ayah bagi anak-anakku. Dan aku membutuhkan sepersekian waktu dengannya, belajar mengerti dirinya. Sebelumnya entah sudah keberapa kali aku dan dia bertengkar karena salah paham, karena tak sejalan, dan karena tak bisa saling memahamkan. Bagi wanita yang masih butuh banyak belajar tentang perasaan dan kepercayaan sepertiku, akan membutuhkan waktu yang cukup lama pula untuk mempercayainya. Jujur dari awal aku tak bisa sedikitpun mempercayainya. Karena dia adalah orang yang gampang dekat dengan siapapun, termasuk cewek. Dan hal itulah yang membuat aku waspada. Aku harus selalu terjaga.
Sampai-sampai aku tersadar aku harus terus belajar dari setiap masalahku dengannya. Yang aku kagumi dari dia adalah sikapnya yang dewasa, dan mampu menjagaku, mampu mengertiku, lebih tepatnya dia selalu tahu apa yang ada dalam hatiku.

Mungkin benar yang dikatakan salah satu penyair dalam sajaknya

sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar. namun jika cinta kudatangi. aku jadi malu pada keteranganku sendiri. meskipun lidahku telah mampu menguraikan. namun tanpa lidah cinta ternyata lebih terang. sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya. kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta. Dalam menguraikan cinta. akal terbaring tak berdaya. bagaikan keledai terbaring dalam lumpur. cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan terciptalah...

aku sama sekali tak tahu bagaimana mengungkapkan sebuah perasaan, bahkan aku terkesan menjadi seorang yang santai. Tapi, aku sadari, bahwa segala sesuatu harus dipertanggungjawabkan. Termasuk mengakui perasaan.
Kalau boleh aku mengutip sebuah puisi dari salah satu sahabat. Inilah puisinya. Puisi yang mewakili isi hatiku ketika dia mengetuk pintuku.

Untuk sebuah hati yang tak bisa kujanjikan apa-apa
Malu jika harus bertemu dengannya dalam kondisi seperti ini
Kondisi yang masih belum banyak berilmu
Yang mungkin masih banyak mengecewakan dan jauh dari harapan
Malu akan jauhnya angan dan kenyataan untuknya

Aku terlalu malu bahkan untuk banyak berharap akan dia yang entah dimana
Semoga saja bukan kekecewaan yang akan menggelayuti hari-harinya ketika ia telah memilih aku
Sebagai seorang pelengkap tulang rusuknya sehingga kembali menjadi sempurna dan bisa beraktivitas lebih optimal lagi
Semoga saja bukan tundukan pandangan karena fisikku tidak sesuai dengan bayangannya
Sungguh, terlalu menyiksa bahkan hanya untuk mengandai-andaikannya

Bagaimana jika nanti wajahnya tiba-tiba berkerut
Saat diajak aku berdiskusi tentang hal yang benar-benar belum aku mengerti
Hal yang benar-benar tidak terlintas satu idepun untuk menjadi komentarku atas pernyataanmu
Atau mungkin ketika tanpa sadar wajahnya tidak lagi sumringah seperti saat pertama ia memilihku menjadi pendampingnya

Ahh......aku terlalu malu takut untuk itu
Terlalu malu dan takut untuk menjabarkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat aku tidak sampai hitungan lima jari dari seratus angka calon istri idamanya

Untuk sebuah hati disana
Semoga kau tau bahwa aku tidak bisa memberimu banyak
Tidak bisa  menjamin sesuatu yang berlebih atau bahkan seperti Khadijah atau Aisyah sang calon istri dambaan kaum Adam
Aku ingin kamu menjadi pembimbingku
Bersama menjadikan rumah kita menjadi sedekat mungkin dengan kehangatan rumah tangga Rasululloh....
Untuk engkau yang pernah melintaskan sesosok calon yang sangat biasa seperti aku atau tidak
Kuharap senyum yang bisa aku jaminkan senantiasa menemani hari-hari kita menjadi hal berarti bagi kita
Semoga ketidaktahuanku menjadikan kita satu simpul tali yang semakin erat dan menguatkan
Semoga segala hal yang tidak bisa aku janjikan tetap membuatmu menjadikan pilihan terbaikmu...

Sampai ketemu
Hingga saat kita mengalaminya bersama
Kelak saat Alloh memberikan tanda tangan peresmiannya.
(mawaddah)

Dan kini, saat dia akan menjadi belahan jiwaku, kutetapkan langkah, semoga dengan menggenapkan ½ dien ini dapat menjadi pelita disaatku gulita, dapat menjadi penerang disaatku remang, dan lebih tepatnya dapat menjadi penenang disaatku bimbang.
Semoga…
Mohon doanya semuanya

Salam
LK



_Khalifa Rafa Azzahra_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar