Senin, 17 Oktober 2011

Aksi-Reaksi "Bagian Kedelapan"

Jika alur hidup bisa mengalir tanpa redup, dapatkah tanpa kutebak sinarmu memasuki hilir dan relungku ? mencapai cinta pada muaraNya di barisan para pencinta yang bersujud walau kadang abjad ini tak mampu berwujud


Tidak perlu ada jawab jika sekiranya sudah jelas apa yang tidak terungkap. Tidak perlu juga kiranya ada pertanyaan jika yang diperlukan sudah menjadi sebuah pernyataan. bukankah dalam sebuah penghambaan tidak perlu kita mempertanyakan? siapa yang berhak kita cinta dan siapa yang berhak mendapatkan cinta sejati kita. Selayaknya tidak perlu pengingkaran akan adanya sebuah wujud yang kadang kita sendiri tak mampu untuk merasakannya. Kadang ketiadaan itu mampu menghilangkan perasaan keraguan, bahwasanya keberadaanNya di setiap hari-hari kita mampu membuat kita mengalir, senantiasa mengikuti hilir kemana arah alur suatu kehidupan. 

Itulah aksi yang ingin dilukiskanNya, melalui sebuah kecintaan yang kadang kita sendiri tak mampu menerjemahkanNya. Tidak semua hal dalam hidup ini bisa dilukiskan, bukan? begitu pula dengan perasaan, mahabbah ilallah yang diikuti dengan kefahiman tak akan menimbulkan keraguan apalagi sebuah kebohongan. Kebohongan bahwa selain Illah yang melalui lafal kita dalam rukuk, sujud, dan setiap kali kita melangkah, ternyata ada sebuah nama yang kadang kita sendiri lebih rajin mengingatnya. Lebih hafal mengejanya. Bukankah Dia, yang mempunyai segalanya dapat membolak-balikkan sebuah rencana. Setidaknya kita telah berusaha, itulah ikhtiar yang merupakan reaksi dari sebuah skenario keMahaanNya.

Kebaikan akan berujung dengan kebaikan pula. Yakinlah akan hal itu. Walaupun pada tengah perjalanannya ia harus bertemu dengan kepahitan. Hidup takkan jadi sempurna jika kita tidak merasakan ketidaksempurnaan yang menunjukkan jalan bagaimana menuju kesempurnaan. Kita memang tidak sempurna, tapi melalui mahabbah dan taqarrub illallah, kesempurnaan itu akan menjelma dalam proses kita menuju penghambaan sejati. Meraih cinta Allah yang hakiki. 

_Khalifa Rafa Azzahra_
*Duhai Dzat yang Maha Kasih, Ajari kami sekali lagi bagaimana mengeja sembilan puluh sembilan asmaMu. agar tiada lagi alpa yang menyapa. Agar Engkau selalu menjelma dalam denyut nadi, berdetak mengairi kebekuan, lantas memberikan muthmainnah fii kalbun. Sinari hati kami, Ya Rabb, dengan sinar yang tak ada lagi redup sesudahnya. Ajari kami untuk tetap teguh di jalanMu. istiqamah menujuMu.




3 komentar:

  1. afwan, ustadzah khalifa ini juga pengajar di SMA IT kah?

    BalasHapus
  2. sepertinya kok nggak ada yang namanya ustadzah khalifa? nama pena saja...

    BalasHapus