Selasa, 18 Oktober 2011

Aksi-Reaksi "Bagian Kesembilan"


Sebagaimana mendung yang menjadi pertanda atas gugurnya hujan, seperti itulah kiranya tanda-tanda kehidupan mulai dipetakan. pada satu alamat. pada beribu nama yang mulai mencari tempat. sekedar istirah maupun ziarah, begitulah langkah demi langkah kaki membuat jejak, menuliskan hikayat atas perjalanan hidup pada sebuah sajadah panjang. tempat dahi beradu sejenak, menuliskan segala amal dari sekian banyak doa yang kadang lupa kita hafal.


Cukup dengan satu tanda saja, tanpa kata, makna akan tersampaikan. seperti sebuah perjalanan yang sering kita lewati. pada aspal-aspal yang garang, dimana tempat asap dan peluh bercinta. mengucap sekian ratus lelah yang telah kita kumpulkan pada sebidang tanah. ah, itulah tanda. sebuah sebab terbitnya perlakuan kita dan menjadi akibat sesudahnya. Singkatnya, hanya perlu warna-warna untuk mengungkapkan sesuatu. seperti langit yang selalu mengajari kita bagaimana meluapkan airmata. cukup mendung yang bicara, lalu sekejap mata, langit yang mengandung pun akhirnya mengeluarkan tangisnya. tak perlulah airmata itu dibalas dengan keluhan apalagi sebuah kekesalan. ia adalah rizki tersendiri bagi sebagian insan. 

kembali kepada warna. yang sering kita lihat adalah warna dalam sebuah perjalanan. tak perlu berkoar apalagi sampai mengeluarkan emosi jika hanya menginginkan sebuah jeda dalam perjalanan ini. cukup warna merah sebagai pertandanya. dan tidak perlu gertakan jika menginginkan seseorang berjalan lagi, menuruti semua skenario dalam alur kehidupan. cukup warna hijau untuk memerintahkannya. mudah bukan? intinya sesuatu yang mudah seharusnya dibuat mudah. jika ada yang lebih mudah dan sederhana dalam mengungkapkan sesuatu mengapa harus dipersusah? jika menginginkan reaksi yang sederhana, lakukanlah aksi yang sederhana pula. tak perlu kiranya kita harus berlebihan dalam menyampaikan sesuatu hal, jika dengan kesederhanaan saja makna dan keinginan kita sudah tersalurkan. 


ada saat-saat dimana diam, dan memberi isyarat itu lebih meyakinkan. daripada harus berteriak lantang, menyuruh, mempertegas seluruh peringatan dalam bingkai kekerasan. segala sesuatu bisa selesai dengan kelembutan. yakin saja, batu yang keras pun bisa kikis karena setitik air yang terus menerus dirintikkan. bukankah gerimis itu akan terlihat lebih manis daripada badai dan petir yang menggetarkan?


_Khalifa Rafa Azzahra_
*Duhai yang Maha Lembut, lembutkan hati kami. Ajari kami untuk senantiasa bertutur kata lembut. Tanpa menyakiti orang lain. Berikan kami kesempatan untuk mempergunakan lisan ini dengan sebaik-baiknya. Ya Rabb, Engkaulah yang Maha Menunjukkan segala Pertanda, ijinkan kami untuk lebih peka dalam 'membaca' setiap isyaratMu, dalam derit mimpi yang kadang begitu sulit kami untuk menerka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar