Senin, 08 Juni 2015

#30HariMenulis H8 - Nasihat Ve

“kadang kecepatan membuat seseorang lupa bahwa ada ‘angin’ yang membersamainya. Selalu bertindak tergesa-gesa, dan ingin selalu tampak di depan. Karena hakikat manusia sebenarnya dalam hidup adalah ingin menjadi pemenang, tapi hanya sedikit manusia yang benar-benar tampil sebagai pemenang, tanpa merugikan.”

“hidup ini ibarat sebuah perjalanan. Tak hanya jalan lurus yang akan kita temui. Tapi juga jalan berbelok, kadang berlubang, bergelombang, tanjakan, dan turunan. Ketika berada di jalan lurus, kita bisa berlari sekencang-kencangnya. Menyetel kecepatan sampai 100 km/jam, bahkan lebih. Kita bisa dengan bebas menyalip semuanya yang menghalangi pandangan. Tapi ketika di jalan yang penuh dengan lubang, bergelombang, jika kita tetap angkuh dan tidak mau menurunkan kecepatan, maka jatuhlah kita. Manusia akan begitu tampak puas ketika ia bisa menghadapi rintangan, entah itu lubang, jalan yang bergelombang, ataupun kendaraan yang menghalangi perjalanan. Namun, seringkali mereka lupa, mereka tak memeriksa bagaimana kecepatan menempa dirinya meraih apa yang diinginkan? Kadang mereka lupa, bahwa jejak-jejak perjalanan mereka adalah sesuatu yang tak pantas mereka buang. Karena disitulah terletak sebuah proses mencapai tujuan. Kadang mereka mengesampingkan masa lalu, dan berhasrat hanya untuk masa depan. Padahal masa lalulah yang membentuk karakter mereka. Masa lalulah yang membuat mereka belajar untuk menjadi yang lebih baik di masa depan. Itulah gunanya cermin, spion. Tak harus kita melihatnya setiap saat, cukup sesekali, ketika kita memerlukannya untuk sebuah pijakan dalam berjalan. yang harus kita lihat sepenuhnya adalah masa depan kita. Masa lalu adalah sebuah kenangan, sekarang adalah kenyataan, dan masa depan adalah sebuah impian. Dan manusia akan dapat meraih mimpi dengan baik jika ia dewasa. Dewasa dalam bersikap, berucap, berbuat dalam hidup. Tentu saja, dalam sebuah perjalanan.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar